19. Mengakhiri Rencana Mengakhiri

4K 702 51
                                    


Warning: Chapter ini mengandung konten dewasa. Sebagian chapter telah dihapus. Untuk membaca selengkapnya, bisa kunjungi Karyakarsa; Naya Hasan.

Televisi hitam putih dengan kotak cembung yang duduk di atas meja hias ruang tengah sedang menyiarkan berita petang saat ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Televisi hitam putih dengan kotak cembung yang duduk di atas meja hias ruang tengah sedang menyiarkan berita petang saat ini. Beberapa meter dari sana, Kalandra duduk di meja makan, menyantap ikan panggang bersama adik-adiknya, Desi yang masih menolak pulang ke rumah sang suami, dan Ade yang sedang menghadapi masa ulangan caturwulan pertama. Ibu sudah masuk kamar sejak habis magrib, mengeluh tentang sakit kepala.

Di antara denting sendok yang beradu dengan piring-piring porselen, pembaca berita membawakan warta petang itu mengenai musim paceklik berkepanjangan yang mengakibatkan terlambatnya panen.

Sementara di sisinya, Desi justru sibuk membaca isi surat kabar yang berhasil ia selundupkan hari ini. Ia tidak bisa melakukannya di depan Ibu, wanita itu benci perempuan yang menurutnya terlalu mengagungkan intelektualitas di atas kecantikan dan bakat alami perempuan. Jadi, sekarang adalah kesempatannya. Ia bahkan sudah melupakan nasi dan ikan yang masih tersisa setengah di piringnya.

10 November 1977. Tiga ribu mahasiswa menyemuti Surabaya. Mereka yang muak akan degradasi moral, yang benci akan ketidakadilan sosial, yang rindu akan lahirnya kebebasan. Ini penampilan perdana mereka setelah tiga tahun membungkuk. Malapetaka 15 Januari 1974 menghajar mereka tepat di tulang belakang.

Hari ini, anak muda itu kembali. Ganesha sudah membara, giliran Baliwerti beraksi. Dengan semangat pahlawan, hentakan mereka seirama lars pejuang. Berbagai pimpinan mahasiswa se-Jawa hadir memperingati hari Pahlawan 1977. Seribu mahasiswa berkumpul, kemudian berjalan kaki dari Baliwerti menuju Tugu Pahlawan.

Sejak pertemuan 28 Oktober di Bandung, ITS didaulat menjadi pusat konsentrasi gerakan di front timur. Hari pahlawan dianggap cocok membangkitkan nurani yang hilang. Kemudian disepakati pusat pertemuan nasional pimpinan mahasiswa di Surabaya.

Senjakala, 1977Where stories live. Discover now