22. Pengingat Tentang Batas

3K 610 65
                                    

Selain arahan dari neneknya, Kala tidak pernah mengikuti pelatihan memasak, tidak pernah mendapat sertifikat sebagai koki, atau apapun sejenisnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Selain arahan dari neneknya, Kala tidak pernah mengikuti pelatihan memasak, tidak pernah mendapat sertifikat sebagai koki, atau apapun sejenisnya. Ia bahkan tidak tahu banyak tentang cara memasak. Hanya beberapa. Dan spaghetti ini, adalah satu-satunya yang dia kuasai.

Kalandra tahu, rasanya mungkin masih jauh di bawah standar restoran berbintang lima yang sering ibunya kunjungi. Tetapi melihat wajah anak-anak yang menikmati makanannya seolah itu adalah makanan paling enak yang pernah mereka makan, rasanya peluh yang ia teteskan selama di dapur terbayarkan lunas.

Ia berkeliling meja, tertawa tentang bagaimana anak-anak itu menandaskan isi piring mereka, lalu berebutan mengambil jatah sisa.

"Hei, hei, jangan berebut," pisahnya di antara senyum. "Berbagi saja sisa yang terakhir ini, hm? Nanti, kapan-kapan Om main lagi kemari dan Om akan masak lagi untuk kalian."

"Benar, Om?" Anak-anak itu berseru berbarengan dan Kala mengangguk.

"Kala!"

Kalandra menoleh. Itu bukan Senja, melainkan seorang anak laki-laki dengan tubuh kurus kecil yang diingatnya sering bertanya sebelum dan selama memasak. Sekarang, anak itu berlari ke arahnya, tampaknya anak itu punya pertanyaan lain di kepala. Dan ada apa dengan dia yang dengan lantang memanggil nama Kalandra demikian?

Kalandra menyentuhkan telapak tangannya di puncak kepala anak itu. "Kau bisa memanggilku Om. Om Kala. Omong-omong, bagaimana kau tahu nama Om?"

Anak itu mengendik. "Bulan memanggilmu begitu."

"Bulan?" Kalandra menyatukan alis.

"Iya, Bulan, wanita yang cantik itu, seperti Ibu Kartini. Omong-omong, Om tadi memasak apa?"

"Spaghetti. Kau suka?"

Iya mengangguk bersemangat. "Tiwa suka! Rasanya sedikit masam tapi lezat. Maukah Om memasaknya lagi nanti untuk Tiwa dan kawan-kawan?"

Kalandra terkekeh. Ia mengusap rambut anak itu. "Tentu. Kau sangat cerdas. Namamu Tiwa?"

"Benar!" Anak itu mengangguk-angguk.

Tubuhnya kecil, mungkin salah satu yang paling kecil di panti itu. Tetapi gaya bicaranya menunjukkan kedewasaan untuk ukuran seorang anak kecil. Tuturnya baik, dan parasnya menyenangkan. Langsung saja, Kalandra memutuskan anak ini menjadi favoritnya di antara semua anak di panti asuhan itu.

Tetapi, ada satu pertanyaan yang masih mengganjal. "Omong-omong, kenapa kau memanggil Senja Bu─"

"Tiwa!!!"

Wanita yang menjadi objek pertanyaan tiba-tiba muncul di ambang pintu yang memisahkan dapur umum dan halaman belakang tempat anak-anak menjemur baju.. Keduanya menoleh bersamaan, tetapi hanya Tiwa yang dengan segera berlari pada Senja. Senja menunduk, mengatakan sesuatu yang terdengar seperti, "Fatimah mencarimu, dia ingin main bersama." Membuat anak itu segera lari tanpa berpamitan pada Kala.

Senjakala, 1977Where stories live. Discover now