10. Sebuah Rasa, Tak Terhapus Ingatan

3.6K 826 61
                                    

Oktober, 1977

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Oktober, 1977.

Ada banyak hal yang berkelebat di kepala Kalandra, ketika ia memacu vespanya melalui jalanan beraspal yang cukup lengang, melewati sedan-sedan yang mengambil jalan tengah, becak-becak yang merangkak lambat, muda-mudi di tepi jalan yang berjalan berdampingan, juga beberapa pedagang, mengangkat dagangan di atas kepala, melewati deret rumah dan pertokoan, berjalan menuju pasar.

Sebagian dirinya mempertanyakan kewarasannya ketika ia mengambil keputusan ini. Meninggalkan Sofia. Sofia, masa depannya. Gadis yang ia cintai, sekarang dan nanti. Tetapi sebagian dirinya yang lain anehnya, segila apapun kedengarannya, merasa ringan. Seolah tahu bahwa dia telah membuat keputusan yang tepat. Tahu bahwa ... jika dia tidak melakukannya, dia bisa gila.

Tahu bahwa ... ada rindu, yang sudah mengendap terlalu lama. Dan sekarang meluap, tidak dapat dibendung.

 Dan sekarang meluap, tidak dapat dibendung

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Oktober, 1968.

Sore itu cukup ramai. Jalanan berkerikil yang hanya cukup memuat satu buah sedan dipenuhi anak-anak yang berlarian main layangan, mengenakan kemeja sekolah atau kaus kebesaran yang dipadankan dengan celana pendek yang menutupi hanya separuh paha. Sebagian lagi anak laki-lakinya bermain gundu di halaman, dan anak-anak perempuan mengiris daun-daun, sedang pura-pura memasak. Suara mereka ramai, bersahut-sahutan. Sementara di dekat aliran sungai, tampak ibu-ibu mandi sambil mencuci, sebagian ada yang membawa balita mereka, dan seorang yang lain mencuci beras. Suaranya tak kalah ramai, berkicau sahut menyahut membicarakan janda kampung sebelah, Pak Kades yang baru membeli sebidang tanah, dan Pak RW yang baru mempersunting istri baru. Tidak ada habisnya.

Sepeda yang dikayuh Kalandra meluncur lambat membelah suara-suara itu. Kalandra tersenyum tatkala Senja mengeratkan pegangan di perutnya, tidak memedulikan beberapa pasang mata yang menoleh, menatap mereka. Mungkin, setelah ini, mereka akan menjadi topik baru menggantikan istri ketiga Pak RW. Anak punk cucu Bu Risma, tengah mengincar kembang desanya mereka, anak muda tidak punya aturan, atau sesuatu seperti itu. Ia tidak peduli. Yang ia pedulikan hanya, wangi minyak harum yang Senja kenakan secara samar di tubuhnya, hangat lengan gadis itu yang melingkar di perutnya, merdu suaranya, yang sesekali bersenandung. Ada lagu Lilis Suryani berjudul Gang Kelinci yang ia ulang-ulang, membuat Kalandra tidak bisa untuk tidak terkekeh.

Senjakala, 1977Donde viven las historias. Descúbrelo ahora