11. Pria Yang Mencuri Rasi Bintang

3.6K 695 35
                                    

Oktober, 1977

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oktober, 1977.

Banyak yang telah berubah.

Ada lebih banyak rumah sekarang. Ada toko reparasi yang baru buka di pertigaan, juga bengkel sepeda. Kantor desa tampak baru, telah direnovasi. Toko kelontong di ujung desa sudah tidak ada, begitupun pohon ketapang di depan rumah nenek, terpotong nyaris sempurna, hanya menyisakan akar dan sedikit dari batangnya. Tetapi gubuk itu ... beserta beringin besar di ujung jalan yang menyembunyikannya dari banyak mata, keduanya tidak tampak banyak berubah.

Selain tampak lebih tua dari sebelumnya, tidak ada yang berubah.

Kalandra berekspektasi pondok itu akan hancur, atau setidaknya ditumbuhi tanaman rambat liar hingga atap-atapnya. Nyatanya tidak. Tempat itu terlihat seperti tempat yang normal, yang ... ditempati.

Kalandra tidak memiliki petunjuk apapun. Dia tidak tahu kemana surat itu menginginkannya untuk pergi. Tetapi, hanya ada satu tempat yang bisa dia pikirkan. Gubuk itu.

Senja telah menyelimuti begitu dia memarkirkan vespanya di bawah pohon beringin di ujung jalan itu, menghias perbatasan langit dengan semburat ungu di atas kanvas abu-abu. Kalandra menatap ke arah gubuk. Senja yang dia kenal, yang ingin ia temui, tidak terlihat di manapun yang arah pandangnya dapat jangkau. Lantas, Kalandra mulai berjalan mendekat ke arah gubuk, tempat yang ... menyimpan begitu banyak kenangan di antara mereka.

Dan seiring langkah, ia membiarkan kenangan-kenangan lama kembali muncul ke permukaan. Rasanya hangat, manis, seperti ... malam itu.

Oktober, 1968

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oktober, 1968

Angin sore yang berembus menerbangkan helai rambutnya, helai-helai yang dengan liar berhasil lolos dari kepangan gadis itu. Sesekali mengganggu, menempel di pipinya, hidungnya, kadang menghalangi pandangan hingga gadis itu harus menyimpannya ke belakang telinga. Hanya untuk sekawanan rambut bandel itu untuk kembali berkibar. Tetapi, Kalandra tidak dapat protes. Pemandangan itu hanya membuat Senja lebih ... memesona.

Mereka melangkah lebih jauh. Rasanya aneh. Rasanya seperti mendapat sengatan-sengatan listrik di ujung jemari tatkala kedua telapak tangan mereka bersatu, saling genggam. Rasanya hangat, dan ... meledak-ledak. Sehingga, Kalandra butuh banyak kontrol diri agar dirinya tidak tersenyum terlalu lebar atau tertawa seperti orang gila. Semenyenangkan itu, bersama Senja.

Senjakala, 1977Where stories live. Discover now