04. Gadis Yang Mencuri Tempat di Ingatan

4.9K 933 80
                                    

Oktober, 1968

Kalandra baru kembali dari buang air kecil ketika lonceng besi yang menggantung di depan kantor guru berdentang-dentang. Riuh mulai memenuhi seluruh kelas. Dilihatnya punggung Bu Ratmi telah berjalan menjauh, menuju kantor guru. Dan tidak lama, seseorang yang terburu-buru keluar kelas menabraknya di bahu.

Orang itu adalah gadis yang tadi.

Di balik rambutnya yang tergerai jatuh ke wajah, tidak terdengar maaf dari bibirnya. Hanya tolehan singkat disertai tatap, mengetahui keberadaan Kalandra di sana, lalu cepat-cepat melarikan diri seolah dia telah mencuri sesuatu lagi dari Kalandra, membuat laki-laki itu tidak habis pikir.

Apa, memangnya, yang membuatnya seburu-buru itu? Ditambah fakta bahwa dia datang terlambat, pikir Kalandra sembari berjalan kembali ke dalam kelas. Kedatangannya dengan cepat disambut oleh kebanyakan kaum hawa di kelas itu.

Tiga orang perempuan maju ke depan.

"Hai, Kalandra!" Seorang gadis yang mengenakan bando lebar berwarna kunyit mengulurkan tangan. "Kenalan, dong. Yanti."

Tak mau di sampingnya, yang rambutnya paling panjang dan paling keriting hingga hampir menyentuh pinggul, turut mengulurkan tangannya serta. "Hesti."

"Aku Miranti," tambah yang lain.

Lalu, berbarengan, mereka berseru kompak. "Kami Titi Bersaudara!" kata ketiganya sebelum mulai menyanyikan lagu populer oleh Yanti Bersaudara. "Dalam cerita lama, tersebut kisah. Abunawas menghadap raja~"

Abunawas, lagu yang muncul di film Dibalik Tjahaja Gemerlapan, Kalandra ingat telah menontonnya tahun lalu. Ia tersenyum atas lelucon gadis-gadis itu yang menirukan grup wanita populer tersebut. Ditambah, dengan gayanya yang dimirip-miripkan. Bahkan wajah mereka sekarang telihat mirip trio itu.

"Kalandra," balasnya kemudian, masih mengingat tujuan gadis-gadis itu semula; berkenalan. "Panggil saja Andra."

"Andra... Nama yang cakap," gadis bernama Hesti membalas.

"Jenggo (macho) namanya," Miranti berbisik, namun tetap cukup keras untuk didengar Kalandra.

"Seperti orangnya!" Yanti menambahkan dan kembali, mereka cekikikan.

Suasananya ringan, menyenangkan. Tetapi tidak hingga kalimat berikutnya meluncur dari bibir Yanti. Dengan wajah misterius, dia mendekat pada Kalandra, suaranya bernada bisikan serius.

"Omong-omong, Kalandra. Kau harus hati-hati dengan perempuan gresimon itu. Salah-salah, kau dilahapnya!"

"Gresimon?" Kalandra mengernyit.

"Grenpang Silang Monas!" kata mereka berbarengan, tertawa.

"Grenpang?" Kalandra masih tidak mengerti. Baginya, gadis itu tidak terlihat seperti ... wanita murahan. "Bagaimana mungkin?"

"Apanya yang bagaimana mungkin? Sudah jelas, kan? Dari penampilannya saja sudah begitu. Dia itu, tidak punya orangtua, yatim piatu, tinggal di panti asuhan. Menurutmu, bagaimana bisa dia punya uang untuk biaya sekolah dan lain-lain kalau bukan jadi perek?"

"Hush!" Sembarangan kalian!"

Di tengah pembicaraan berapi-api itu, seseorang menginterupsi. Seorang laki-laki kurus dengan rambut kilimis belah tengah yang disisir amat rapi. "Tidak baik ngomongin orang seperti itu."

Senjakala, 1977जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें