03. Gadis Yang Mencuri Banyak Hal

5.9K 1.1K 73
                                    


Catatan: Aku berusaha melaukan riset semaksimal yang aku bisa, baik melalui sumber langsung maupun hasil berselancar Google. Tetapi tentu, masih banyak kekurangannya. Jika kalian menemukan kesalahan, mohon koreksinya.

And... tbh, I love to see lots of votes and comments, so please don't hesitate to leave them!

Happy reading~

Happy reading~

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oktober, 1968

Belum genap dua hari sejak masa skorsingnya dimulai, Kalandra mulai kehabisan ide tentang apa lagi yang harus dia lakukan. Dalam waktu dua hari itu, yoyo model terbaru yang biasanya dia bawa-bawa di saku tidak lagi menarik. Dia sudah memainkan segala teknik melempar dan menarik benda itu setidaknya sepuluh kali. Iya melemparkannya dengan tajam ke atas, ke bawah, ke belakang, ke sela selangkangan ketika dia berdiri, lantas menariknya dengan sempurna. Semua telah membuatnya jenuh. Hari ini pun sama, terperangkap di depan papan kimble yang sudah dimainkannya sendiri, melawan dirinya sendiri dalam adu kecepatan memindahkan keempat bidaknya ke seluruh papan dengan undian dadu hingga muak.

Benar-benar membosankan!

Dan papan skate oleh-oleh sang sepupu dari Amerika yang biasanya dia mainkan untuk mengisi waktu luang tertinggal di kolong kasurnya di rumah. Ibunya tidak akan mau repot-repot memasukkan benda itu serta saat mengusinya kemari.

Sial!

Kalandra membaringkan diri di atas sofa kulit merah hati sembari menatap langit-langit tinggi, dihiasi kipas angin gantung yang menyatu dengan lampu hias, sedang berputar lambat di atasnya. Tangannya memegangi gagang telepon sementara jari jemari bermain-main dengan kabelnya. Ia mempertimbangkan untuk menelepon teman-temannya, atau siapapun demi mengusir suntuk. Tetapi setelah pening mencari daftar nama di buku telepon, juga jemarinya mulai lelah memutar angka-angka itu, semuanya tidak ada yang membuahkan hasil. Teman-temannya sedang tidak ada di rumah, tentu saja. Mereka semua tengah bersenang-senang di sekolah sekarang, mengerjai anak-anak lain dan menggodai gadis-gadis. Atau, dua yang lain yang diskors bersamanya, malahan pergi liburan ke luar negeri.

Benar-benar sial!

Apakah dia harus tidur saja? Seperti yang telah dia lakukan sejak sepuluh jam lalu. Saking bosannya, Kalandra menyadari dia jadi tidur terlalu lama, jauh lebih lama dari biasanya. Hingga, sepagian ini matanya terpacang lebar, segar bugar. Hanya kemalasan dan ketidaktahuan akan apa yang harus dilakukanlah yang membuatnya masih tetap menempel di sofa.

"Bibi...," panggilnya pada pembantu rumah tangga yang bekerja untuk sang nenek. Tiba-tiba dia merasa lapar. Dia baru ingat bahwa dia sama sekali belum sarapan. Dua tangkup roti gandum dan dua telur mata sapi setengah matang akan membuat harinya sedikit lebih baik.

Di panggilan pertama, dia tidak mendapat jawaban. Selanjutnya, Kalandra menaikkan volume suaranya.

"Bibi! Bikinin sarapan, dong! Bibi...!"

Senjakala, 1977Where stories live. Discover now