Cahaya matahari yang menyirami ruangan mulai beranjak, membawa serta berkas jejaknya sembari ia merangkak ke atas langit. Meninggalkan dekap hangatnya pada tumpukan buku dan dokumen di atas meja, berhenti menyelimuti debu pada cangkir kopi yang lupa dicuci.Kalandra baru saja meletakkan tasnya di atas meja itu, menggeser cangkir kopi, sebelum menarik kursi dan duduk di sana. Di seberang meja, tatapan Gun mengikutinya dengan selidik.
"Tumben kau terlambat, Bung?" tegurnya, terdengar murni penasaran.
"Aku kesiangan," jawab Kalandra seadanya, sejujurnya. Bahkan matanya yang cenderung terlihat cekung hari ini semakin menegaskan bahwa semalam dia tidak dapat tertidur. Bahwa semalaman masa lalu dan ketakutan akan masa depan membayanginya.
Ia lalu membuka tas, mengeluarkan beberapa buku, pena, tinta, lalu menyimpan tas di bawah meja. Ketika itulah dia baru menyadari sesuatu yang tergeletak di atas meja, Sebuah undangan. Berwarna putih bersih dengan tulisan ketik berwarna hitam yang telah disusun dengan cermat. Kalandra tersenyum membaca nama yang tertulis di dalamnya.
Menikah :
Sofia Annie Van Janssen
Puteri: Bapak Pieter Philip Van Janssen
d e n g a n
Kalandra
Putera: Alm. Bapak Djumiran
dengan
Jakarta, 27 November 1977
Assalamu'alaikum wr.wb
Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa.
Bersama ini kami mengharapkan, kehadiran Bapak/ibu dan Saudara² sekalian pada hari resepsi pernikahan anak kami untuk memberi do'a restu kepada kedua mempelai pada:
Hari : Minggu
Tanggal: 27 November 1977
Djam : 09.30 pagi
Tempat: Hotel Sriwijaya Menteng
Atas perhatian dan kehadiran Bapak/ibu dan Saudara² sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih.
Wassalam,
Keluarga
Pieter Philip Van Janssen
*(note: Ejaan lama berubah menjadi Ejaan Yang Disempurnakan sejak Agustus 1972. Perbedaan-perbedaannya di antaranya: tj menjadi c (tjap menjadi cap), dj menjadi j (djarak menjadi jarak), j menjadi y (jang menjadi yang), dsb)
Tanggal pernikahan telah dibubuhkan, tertulis hari yang tidak berapa lama lagi dari sekarang. Undangan ini telah disebar. Orang-orang telah membuat rencana datang. Pernikahannya sudah semakin dekat.
"Bah! Rupanya kau benar-benar mau kahwin, ha?!" Gun mengacaukan lamunannya dari seberang ruangan, di tangannya sendiri terdapat undangan yang sama. Kalandra tersenyum tipis.
"Sudah kubilang, kan?"
"Bah! Bagaimana perasaanmu sekarang?"
"Perasaanku?"
"Kau akan segera berganti status, Bung! Bagaimana rasanya akan menikah?"
Perasaanku, Kalandra hampir terhenyak. Dia tidak mengerti perasaannya sekarang. Terlalu campur aduk. Hingga sulit merasakan kebahagiaan yang seharusnya ia cecap.
"Entahlah. Ada terlalu banyak hal yang kupikirkan."
Kalandra menggeleng, seolah dengan begitu, ia dapat menjernihkan pikiran barang sebentar. Yang sebenarnya sia-sia, ia tahu akan sia-sia, tetapi tetap dilakukan. Saat itulah, ia merasakan tepukan yang lugas di pundak. Rupanya, Gun telah berpindah tempat. Pria itu memberikan senyum dan mengangguk, seolah ia mengerti.
YOU ARE READING
Senjakala, 1977
RomancePada 1977, beberapa minggu sebelum pernikahannya, sebuah surat meminta Kalandra untuk kembali ke masa lalu, pada cinta pertamanya. *** Waktu itu 1977, beberapa minggu sebelum pernikahannya, Kalandra menerima kotak misterius yang tidak diketahui sia...