TIGA

30.8K 3.7K 467
                                    

Jangan lupa vote dan komen, ya.

••••

Selasa 08.00 AM

"Kamu bawa buku, kan?" tanya Rts pada Difya.

Gadis itu mengangguk. "Bawa kok. Katanya, kita harus minta tanda tangan kakak-kakak senior, ya?" tanya Difya.

Rts mengangguk. Lalu keduanya bergabung bersama teman-teman yang lain. Difya berdiri bersama Rts dan Sindi lalu mereka mengikuti kembali kegiatan dengan baik.

Hingga waktu mulai siang, para murid baru di minta mendapatkan 30 tanda tangan dari senior.

"Kita baru lima belas," keluh Sindi. "Butuh lima belas lagi."

"Aku bisa dapetin empat dengan mudah," kata Rts tiba-tiba.

Difya dan Sindi langsung menoleh. Rts tersenyum dan mengajak mereka mengunjungi kantin, di sana sangat ramai. Dengan santai, Rts berjalan kearah sebuah meja yang di tempati empat orang laki-laki.

"Kak, boleh minta tanda tangannya?" tanya Rts tersenyum manis.

Difya dan Sindi hanya mengikuti Rts dari belakang, mereka menatap keempat senior itu dan melirik kearah meja lain. Bagaimana tatapan para murid menatap sinis kearah mereka bertiga.

"Buat apa?" tanya Juno cepat.

"Kita di suruh minta tiga puluh tanda tangan, kak," jawab Rts lagi.

"Sekarang udah dapat berapa?" tanya Juan.

"Baru lima belas, kak."

"Waduh masih banyak dong," canda Juno.

"Sini bukunya."

Suara Nusa membuat Juno dan Juan terkejut, tumben sekali temannya itu mau menggubris permintaan orang asing, terlebih gadis.

Rts tersenyum dan memberikan bukunya, dia juga meminta buku Difya dan Sindi untuk di tanda tangani sekalian.

Juno melirik Difya. "Yang ini siapa namanya?" tanya Juno.

"Difya, kak."

"Cantik banget," balas Juno tercengir.

Difya hanya tersenyum tipis, ingin sekali dia membalas ucapan Juno dengan kata-kata jelaslah gue cantik, Difya ni boss. Tapi di urungkan, dia harus bersikap baik. Takut-takut akan membuat masalah lagi, dia tidak mau mendapat kesulitan di sekolah.

Merasa sedikit tidak nyaman, Difya menyadari seseorang menatapnya sedari tadi. Tatapan tajam yang membuatnya merasa terintimidasi dan jelas Difya takut.

"Lo yang kemarin ngelawan si Panca, kan?" tanya Juan pada Difya. "Lo keren, lo tau? Gue puas banget. Si Panca sama antek-antekan OSIS nya itu belagu banget. Gak suka gue."

"Bukan ngelawan, kak. Cuma minta keadilan aja. Lagi pula mereka gak bisa seenaknya hukum kita padahal mereka juga buat kesalahan," jawab Difya.

Juan mengangguk. "Cocok, biarin aja si OSIS malu. Kalau bisa, buat dia lebih malu."

"Heh, jangan gitu. Dia masih baru, jangan di ajak nakal," kata Juno memukul pelan kepala Juan.

"Dih, siapa yang ngajak nakal. Lagian, gue udah gedek banget sama mereka, sok keren, sok di sayang guru. Padahal kerjanya juga cuma numpang nama, mana suka nyombong lagi," ketus Juan.

"Wah, emang gitu ya, kak?" tanya Difya cepat. Tiba-tiba dia merasa tertarik untuk ikut mencibir para OSIS.

Juan mengangguk cepat. "Lo tau? Masa gue di hukum cuma karena telat masuk gerbang dua menit. Padahal bisa lah bantu gue biar masuk, tapi gue malah di suruh lari lapangan."

TRIPLETS D [END]Where stories live. Discover now