LIMA

29.8K 3.5K 494
                                    

Jangan lupa vote dan komen, ya.

••••

Jika di tanya bagaimana pendapat kalian tentang saudara kalian, maka ketiga anak kembar itu akan sangat berbeda jawabnya.

Jika Ditya harus menilai seorang Difya, maka dia akan mengatakan jika Difya adalah anak yang cerewet, manja, cengeng, suka berlebihan alias lebay, dan sedikit bodoh.

Sedangkan Dipta, Ditya akan sangat memuji kakaknya itu. Dipta sangat dewasa, penyabar, penyayang, tapi sedikit menakutkan. Jika Ayres akan sangat memanjakan anak-anak, maka Dipta akan bersikap tegas. Tapi kata Ditya, jika Ayres sudah marah, bahkan Yoza atau Dipta sekalipun akan diam.

Untung saja Ayres sangat jarang marah, seperti sekarang, dia sangat santai menatap Difya yang pulang dengan luka di keningnya.

"Kenapa bisa berantem?" tanya Ayres lembut.

"Kakak kelasnya nyebelin, masa dia ngambil minuman kita padahal kita udah pesan duluan dan bayar."

"Terus siapa yang mulai?"

"Dia, ayah. Rambut Difya di jambak, ya Difya balas lah. Terus dia tampar Difya, langsung Difya balas tonjok, pokoknya Difya pastiin giginya goyang."

Ayres tertawa. "Pinter," ujar Ayres mengelus rambut Difya. "Jangan mau kalah kalau kita gak salah."

"Tapi sakit, yah. Lihat, kan jadi luka Jidad Difya. Difya pikir kepala Difya copot karena di tarik si nenek lampir," adu Difya memeluk Ayres manja. "Hampir aja Difya kehilangan kepala, soalnya nenek lampir itu narik rambut Difya kuat banget. Apa jangan-jangan dia itu anaknya Hulk ya, yah? Kok tenaganya kuat banget?"

Ayres semakin tertawa, Difya memang sedikit aneh dan terdengar bodoh. "Gak akan copot, Difya. Lagian Hulk itu cuma ada di film."

Terdengar suara langkah kaki yang terburu-buru, Yoza baru saja pulang dan langsung mencari Difya setelah mendapat kabar dari Ditya jika anak perempuannya berkelahi di sekolah.

"Kenapa? Siapa yang mukul Difya? Mana sini bunda lihat?" serobot Yoza menarik Difya yang tengah santai memeluk Ayres.

Difya mau tidak mau melepas Ayres. "Aduh, bunda. Jangan tarik-tarik nanti tangannya lepas."

"Siapa yang bikin Difya luka?" tanya Yoza garang setelah melihat jidad anaknya di tempeli hansaplast.

"Nenek lampir," jawab Difya. "Masa Difya di jambak, bunda. Difya juga di tampar, padahal dia yang salah."

Yoza mendengkus kasar. "Difya balas, kan? Difya gak lupa kan gimana bunda ajarin mukul orang sampai pingsan?" tanya Yoza.

Difya mengangguk. "Bunda tenang aja, walaupun gak pingsan tapi Difya pastiin giginya goyang."

"Bagus, jangan mau kalah. Kalau kita salah harus ngaku salah, tapi kalau kita gak salah dan di salahin, jangan takut untuk bela diri walaupun harus bikin anak orang masuk rumah sakit," jelas Yoza dan di angguki Difya.

Ayres hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, Yoza memang selalu menjaga anak-anaknya untuk tidak berbuat masalah. Namun Yoza tidak lupa mengajarkan anaknya untuk bar-bar sejak dini. Nyatanya, sifat Yoza tidak akan lepas meski dia sudah tua begini. Dan ternyata, sifat Yoza lebih mendominasi pada anak-anaknya.

••••

"Abang!"

"Hm."

"Abang Jendal."

"Apa?"

"Di panggil bunda, di suruh beli tepung."

TRIPLETS D [END]Where stories live. Discover now