ENAM BELAS

22K 2.8K 434
                                    

Jangan lupa vote dan komen, ya.

••••

Malam ini, Dipta tengah bersiap untuk pergi ke keluar bersama Restu, mereka berjanji akan ke markas. Setelah siap dengan jaket barunya, Dipta turun ke bawah untuk izin kepada bunda dan ayahnya.

"Mau kemana, mas?" tanya Difya.

"Ke markas."

"Tumben gak ngajak?"

"Tadi sore katanya capek, jadi mas mau pergi sama Restu," ujar Dipta menatap penampilan Difya yang terlihat sangat berantakan. "Kenapa berantakan banget?"

"Difya cari baju batik Difya, gak ketemu dari tadi, kan Difya mau setrika buat besok," ujar Difya menggaruk kepalanya.

Dipta mengerutkan keningnya merasa aneh. "Baju batik?" beo Dipta. "Besok hari Selasa Difya, ngapain pake baju batik? Baju batik di pake hari Kamis."

"Ha?"

"Kamu kenapa, sih?"

"Bukannya besok Kamis, ya?"

"Besok masih Selasa, Difya. Gak mungkin kamu lupa, tadi di sekolah kita upacara, ingat?"

Difya menggaruk kepalanya semakin kasar, rambut panjangnya sudah seperti rambut singa saja. "Kayaknya Difya beneran ngantuk deh, mas," ujar Difya berjalan masuk ke kamarnya.

Dipta hanya menatap Difya dalam diam. Lalu dia kembali berjalan mencari bundanya, setelah berpamitan dia segera pergi. Tapi suara Ditya menghentikan langkahnya.

"Bareng, mas," kata Ditya berlari menyusul. "Hehe, mau ke markas, kan?" tanya Ditya.

Dipta mengangguk, lalu mereka pergi keluar bersama. Motor Dipta berada di depan dan di susul motor Ditya, keduanya menuju markas besar dengan kecepatan sedang.

Namun, di perjalanan Dipta seakan melihat sesuatu yang menarik perhatiannya, dia menepikan motornya membuat Ditya ikut menepi.

"Kenapa?" tanya Ditya.

Dipta melepas helmnya dan menatap ke pinggir jalan, terdapat satu orang perempuan tengah memaki seorang laki-laki yang tengah bersama perempuan lain.

"Itu bukannya teman bang Jendral ya, mas?" tanya Ditya yang langsung di angguki Dipta.

"Kalau lo gak mau nikah sama gue ya bilang, gak perlu lo bohong begini," ujar Floretta menatap tajam Rendi.

"Tinggal bilang? Enak banget lo ngomong. Gue butuh pernikahan ini," kata Rendi tanpa dosa. "Gue perlu status kita untuk dapetin warisan bokap gue."

"SIALAN, LO."

"Sekarang gue mau lo tutup mulut, setelah lo tau semuanya gue minta lo diam dan tunggu sampai kita nikah. Setelah gue dapetin warisan itu, kita bakal cerai, simpel, kan?"

Plakk

Floretta menampar Rendi dengan sangat keras.

"BRENGSEK! DASAR MUKA DUA. BISA-BISANYA LO SEBAIK ITU DI DEPAN BOKAP GUE DAN SEKARANG LO SE BRENGSEK INI, RENDI. GAK AKAN GUE BIARIN, BAKAL GUE BATALIN PERTUNANGAN INI. GUE GAK SUDI NIKAH SAMA MANUSIA JAHANAM KAYAK LO."

Grep

Rendi mencekal tangan Floretta yang hendak pergi.

"Jangan macam-macam, gue gak akan biarin itu, Floretta. Nurut sama gue dan gue bakal baik sama lo."

Floretta tertawa, dia melirik kekasih dari Rendi dengan pandangan jijik. "Lo," kata Floretta menunjuk gadis bernama Asya itu. "Gak malu jadi simpanan? Kasihan banget harus jadi pacar yang gak di akui, gak sakit kalau lihat Rendi nikahin gue?"

TRIPLETS D [END]Where stories live. Discover now