DUA PULUH

20.4K 2.5K 574
                                    

Jangan lupa vote dan komen, ya.

••••

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, lah kok pulang?" Yoza berjalan cepat menghampiri ketiga anaknya, dia segera berjalan ke arah Difya. "Kenapa, nak?"

"Gak kenapa-kenapa, Difya habis main tadi," jawab Difya. "Tadi kita habis dari mana, mas?" tanya Difya pada Dipta.

"Sekolah."

"Nah, sekolah." Difya tersenyum. "Tapi rame bunda, banyak orang. Difya gak suka rame-rame, gak kenal."

Yoza terdiam, dia menggenggam erat tangan Difya menahan tangis. "Difya masuk ke kamar sana, istirahat," kata Yoza yang langsung di angguki oleh Difya.

Gadis itu berlari menuju kamarnya dengan sangat semangat, Yoza menatap kedua putranya dengan pandangan sendu.

"Difya gak ingat teman-temannya, bunda," kata Ditya dengan nada sedih. "Dia bakal lupa abang juga, bunda."

"Kalian naik aja, istirahat juga. Biar bunda ngomong sama ayah nanti," kata Yoza berusaha kuat.

Kedua remaja itu segera naik ke atas, mereka melihat pintu kamar Difya tertutup membuat mereka juga masuk ke kamar masing-masing.

Sedangkan di dalam kamar, Difya tengah berbaring dengan sangat nyaman. Dia menggerakkan kedua kakinya sambil bersenandung kecil, menatap atap kamar yang berwarna putih susu itu.

Ting!

Ponselnya berbunyi, Difya mengambil ponsel dengan warna case kuning dan tulisan WW di tengah-tengahnya.

"Tugas makalah," beo Difya membaca sebuah pesan dari ketua kelas.

"Tugas apaan?"

"Kelas 10 IPA 5."

Difya mengerutkan keningnya. "Lah, ini sekolah, dong. Sekolah gue? Ini kelas gue?"

Matanya terpejam. "Berarti gue sekolah? Kok bisa?"

"Aduh, ini gue kenapa, sih?"

Merasa sangat pusing, Difya keluar dari kamarnya dan mencari Yoza.

"Bunda."

"Kenapa?"

"Difya sekolah?

Yoza terdiam.

"Bunda, Difya baca group kelas di hp. Katanya ada tugas, Difya sekolah? Kok Difya gak tau? Kenapa bisa? Kenapa sekarang malah gak sekolah?"

"Kamu baru aja pulang, sayang."

Difya menghela napas pelan. "Bunda, sebenarnya Difya kenapa, sih? Kenapa susah untuk Difya ingat sesuatu? Walaupun Difya bodoh, tapi Difya gak mungkin lupa tentang hal besar begini. Difya bahkan gak tau tadi habis dari mana? Kenapa susah banget?"

Yoza mendekati Difya, dia mengelus tangan Difya dengan lembut. "Gak usah di ingat, jangan di paksain. Difya gak perlu sakiti diri sendiri."

"Jawab dulu, Difya ini kenapa?" tanya Difya kesal.

"Alzheimer, nak. Difya kenapa penyakit itu."

Tubuh gadis itu menegang. "Sa-sakit? Jadi Difya sakit?"

"Sayang, Difya jangan takut. Ada bunda sama ayah yang bakal selalu temani Difya, ada mas sama abang yang juga temani Difya."

Difya segera membuka ponselnya, dia mengetikkan nama penyakit itu dan mencarinya menggunakan google yang ada. Setelah membaca singkat pengertian dari penyakit itu, Difya merasa lemas di tubuhnya.

TRIPLETS D [END]Where stories live. Discover now