DUA PULUH EMPAT

19.1K 2.4K 359
                                    

Jangan lupa vote dan komen, ya.

••••

"Difya," panggil Ayres pada anaknya.

"Iya, ayah."

"Sini, ayah sama bunda mau ngobrol sebentar."

Difya yang tengah duduk di meja makan bersama kedua kakaknya mendekati Ayres dan Yoza yang tengah duduk di sofa. Kedua kakaknya hanya melihat Difya dan kedua orangtuanya dengan pandangan bingung, sesekali mereka menyuap biskuit dan menyesap susu di gelas masing-masing.

"Kenapa?" tanya Difya.

Yoza mengelus rambut Difya, memperhatikan wajah cantik anaknya dari jarak yang sangat dekat. Tersenyum manis sambil merapikan helai rambut Difya.

"Difya di rumah aja gak apa-apa, kan?" tanya Ayres membuat Difya terdiam, Dipta dan Ditya menoleh cepat ke arah ruang tamu. "Difya belajar di rumah aja sama bunda, biar Difya bisa jagain bunda, gimana?"

Difya menoleh ke arah bundanya, senyum Yoza semakin menenangkan bagi Difya. "Bunda belum sembuh, emang?" tanya Difya.

"Bunda udah sembuh," jawab Yoza pelan. "Tapi Difya ingat kan kalau Difya suka lupa, nanti Difya kesusahan, bunda takut. Kalau di rumah, Difya bisa sama bunda terus."

Gadis cantik itu melirik ke arah dua kakaknya, lalu tersenyum. "Ayah sama bunda bisa ngomong langsung, kok. Difya gak marah, Difya tau kalau Difya nanti nyusahin mas sama abang, jadi kalau emang Difya harus berhenti sekolah, Difya gak masalah."

"Hei, enggak," sela Ayres cepat, dia menangkup wajah Difya. "Difya gak mungkin nyusahin, keputusan kita untuk buat Difya belajar di rumah itu karena kita mau mengurangi beban pikiran Difya, biar Difya gak terlalu tertekan dengan tugas sekolah, sayang."

"Gak usah sekolah di luar, Difya pasti tau kalau bundanya ini pintar banget," kata Yoza menggenggam tangan Difya.

"Iya, Difya paham, kok. Difya terima, kan sekalian bisa temani dan jagain bunda di rumah."

"Anak pintar," kata Yoza mengecup pipi Difya.

"Ya udah, Difya ke kamar, ya. Udah malam, Difya ngantuk," kata Difya lalu berjalan naik ke atas.

Mereka hanya menatap langkah Difya dengan rasa tak enak, mereka tahu jika Difya jelas sedih, namun ini sudah menjadi keputusan mereka dan demi kebaikan Difya juga.

Ceklek

Pintu kamar Difya terbuka, gadis itu masuk dan kembali mengunci kamarnya. Berjalan menuju meja belajarnya, dia menatap sebuah papan tulis yang terisi beberapa tulisan.

Udah gak sekolah lagi.

Tulisan yang Difya tambahkan di papan itu, dia menatap tulisan lainnya. Terdapat beberapa tulisan yang dia tulis sebagai pengingat.

Bakal lupa semuanya. Alzheimer.

Bunda keguguran.

Mas sakit leukimia.

Abang lebih sensitif.

24 April, 36 tahun (ayah)

12 Februari, 36 tahun (bunda)

24 Februari, 17 tahun (kita bertiga)

Gadis itu melirik jam, sudah jam sembilan tepat. Dia segera menuju kasurnya untuk tidur, memejamkan mata lalu bergumam pelan untuk membaca doa sebelum tidur.

TRIPLETS D [END]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin