TUJUH BELAS

22.1K 2.7K 836
                                    

Siapin mental ya hihi..

Jangan lupa vote dan komen, ya.

••••

"Gak nyangka gue lo se bejat ini." Boy tersenyum miring menatap laki-laki di hadapannya ini.

"Yoi, tapi lo keren. Ya gue harap lo gak lupa siapa diri lo sebenarnya," ujar Deon ikut bersuara.

"Gak akan lupa."

"Grexda harus hancur," gumam Boy. "Jendral harus hancur di tangan gue."

"Mudah," kata laki-laki itu. "Dia punya kunci dan kita bisa gunain kunci itu untuk buat dia lemah."

"Siapa?" tanya Boy yang mengerti maksud perkataan orang itu.

"Difya."

Seringai tercetak di bibir Boy dan Deon. "Udah gue duga," gumam Boy. "Ini lebih bagus, gue masih dendam sama orang tuanya. Bakal jauh lebih baik kalau anak gadisnya rusak sama kita dan itu bakal jadi kehancuran Grexda sampai ke akar-akarnya."

"Kematian salah satu murid Garuda Nusantara bakal jadi langkah awal kita untuk hancurin mereka semua," ujar Deon.

••••

Pemakaman Floretta baru saja selesai di lakukan, hampir seluruh anak Grexda datang ke pemakaman. Kini mereka tengah berada di markas besar, markas yang biasanya terdengar riuh menjadi sepi.

Jendral hanya diam sambil memejamkan matanya, menyadarkan tubuhnya di sandaran sofa dan mengingat bagaimana wajah cantik Floretta yang selalu berteriak kepadanya.

--

"Gue kesel banget tau gak sama, lo."

"HEH JENDRAL BISA GAK, GAK USAH NABRAK GUE?"

"JENDRAL!"

"JENDRAL TOLONGIN GUE, JUNO MESUM."

"WOY!"

"Lo ganteng sih, tapi muka lo nyeremin. Kasihan gue sama jodoh lo nanti."

"Nikah sama lo bakal jadi neraka sih bagi gue."

"JENDRAL GUE MAU NIKAH."

"ASTAGA! JENDRAL LO BISA SHOLAT? LO ADZAN? GILA-GILAANNYA GUE BARU TAU."

"Nusa bagi pr, dong."

"JUAN, JANGAN RUSAK RAMBUT BADAI GUE."

"Nusa sama Reilan tu udah cocok banget nget ngetttt."

"Ya ampun, Jendral. Rendi sweet banget. Gue di kasih bunga, dong."

"Ya Tuhan, kayaknya gue harus baptis ulang nih. Temenan sama kalian buat gue tiba-tiba lupa Tuhan."

"Jangan gitu, gue ni yang paling cantik di sini. Nanti gue sakit aja pada sedih."

--

"Gue bahkan belum tepatin janji gue buat kirim Rendi ke rumah sakit," desis Jendral.

Juno masih menangis meski tanpa suara, dia duduk di pojokan sambil menutup matanya yang basah. Meski dia memang sangat menyebalkan, tapi dia dan Floretta cukup dekat dan akur.

Nusa hanya diam sambil menggenggam tangan Reilan, hanya menatap gadisnya yang belum berhenti menangis. Tidak mengeluarkan suara begitu juga Reilan yang terisak dengan pelan.

Juan terlihat sangat terpukul, banyak pikiran-pikiran buruk yang merayapi otaknya.

Dipta menggenggam erat tangan Difya, dia merasa pusing dan sibuk memejamkan matanya sambil bersandar di bahu adiknya.

TRIPLETS D [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang