SEPULUH

27.3K 3.5K 853
                                    

Jangan lupa vote dan komen, ya.

••••

"SIAPA YANG BERANI MUKULIN ANAK GUE?"

Tidak ada yang tidak terkejut, bagaimana tidak, para alumni tengah berjalan masuk ke markas dengan wajah yang jauh dari kata bersahabat.

Seperti seorang pemimpin, Yoza berjalan paling depan lalu di susul Ayres, Karsa, Iksan dan Gilang.

"Bunda," cicit Difya.

Yoza menatap Difya. "Siapa yang pukulin Difya?" tanya Yoza tanpa basa-basi. "DIFYA. KALAU DI TANYA TU DI JAWAB, SIAPA YANG MUKUL DIFYA BIAR BUNDA PATAHIN TANGANNYA."

"Za," tegur Ayres.

"APA?" sentak Yoza membuat Ayres ikut terdiam.

"MANA JENDRAL?"

Dengan gugup, Jendral berjalan ke arah Yoza yang tengah berkacak pinggang dan menghidupkan mode senggol bacoknya.

"KERJA LO APAAN? KENAPA ANAK GUE BISA BEGINI?"

Belum lagi menghilangkan keterkejutan mereka dari kedatangan para tetua ini, kini mereka kembali terkejut akibat status si kembar yang ternyata anak dari para alumni.

"Ma-maaf, tante."

"GUE BUKAN TANTE, LO."

"Yoza," tegur Karsa setelah di dorong Ayres maju.

Jika sudah begini, Ayres mana bisa menenangkan Yoza kecuali di dalam rumah, karena dia punya cara sendiri untuk membuat istrinya terdiam, tidak mungkin dia melakukan hal yang sama di disini. Dia hanya diam sambil merangkul Ditya dengan berbisik.

"Santai aja, laki-laki tu emang harus sering-sering berantem," bisiknya pada Ditya.

"Tanya dulu, kenapa bisa begini? Yang luka bukan cuma Difya, lihat tu Ditya, lihat juga anak-anak yang lain. Jangan marah-marah kayak ibu-ibu komplek," kata Karsa yang langsung sadar jika dia salah bicara.

"GUE EMANG UDAH IBU-IBU," bentak Yoza.

"Diam Miyoza," kata Iksan yang mampu membuat Yoza terdiam. "Dengarin mereka dulu, kalau mau marah nanti."

"WOY, SIAPA YANG PUKULIN PONAKAN GUE?"

Mereka kembali melihat kearah pintu, ada Catur dan Gitar yang datang bersama Fajar dengan rusuh.

"Jadi, siapa yang mau cerita?" tanya Karsa. Tanpa menghiraukan kedua temannya.

"Kacang murah sekali," bisik Gitar pada Catur.

"Kita beneran gak ngapa-ngapain, om." Paska bersuara. "Saya sama Ditya di suruh fotocopy sama pak Dandi, terus Difya sama Ts datang buat fotocopy juga. Nah, si Difya haus katanya dia pergi beli minum ke pinggir jalan sama Ditya, terus di samperin sama anak-anak R.D. mereka godain Difya, om. Parah, si Boy hampir nyentuh pipi Difya kalau bang Jendral gak muncul tepat waktu. Habis itu si Boy mukul bang Jendral, ya kita mulai berantem."

"Kalian biarin mereka ikut berantem?" tanya Fajar menunjuk Difya dan Rts.

"Kita udah kabur kok, om. Tapi ternyata Deon sama Aldo ngikutin kita," kata Rts. "Deon brengsek banget, dia mepet-mepet ke Difya, mana pake ngatain Difya itu lagi. Kan kita jadi marah, ya kita berantem lah sama mereka."

"Itu apa?" tanya Ayres menatap Rts.

"Uhm, i-itu om, anu apa tuh--"

"Yang jelas atuh cantik," sela Catur tersenyum meski tengah merasa geram.

TRIPLETS D [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang