DUA PULUH TIGA

19.5K 2.6K 407
                                    

Jangan lupa vote dan komen, ya.

••••

Di sinilah mereka, berada di satu kamar besar yang di pilih Ayres. Dua ranjang yang cukup lebar di isi Yoza dan Dipta, namun di subuh hari ini Yoza tengah duduk di depan Dipta menggunakan kursi roda sedangkan Dipta duduk di atas ranjangnya.

"Rasanya bunda gagal banget jadi seorang ibu," lirih Yoza.

Dipta menunduk, dia memejamkan matanya menangis dengan tangan yang di genggam erat oleh Yoza.

"Mas gak percaya sama bunda?" lirih Yoza membuat Dipta menggeleng cepat. "Mas gak mau ngomong karena gak percaya kalau bunda bisa obatin, mas?" tanya Yoza lagi membuat isakan Dipta semakin kuat.

"Maaf, bunda."

Yoza mencium tangan Dipta, meletakkan kepalanya di tangan anaknya. Dia menangis tersedu-sedu meratapi nasib anaknya yang benar-benar buruk.

"Mas cuma takut, bunda. Hikss.., bukan gak percaya bunda, mas yang gak percaya sama diri sendiri hikss."

Yoza tetap menunduk, dia benar-benar merasa gagal. Stadium tiga, tapi dia tidak tahu sedikitpun tentang penyakit anaknya. Mengapa dia bisa kecolongan seperti ini?

"Maaf, mas. Maafin bunda, hikss."

"Ini bukan salah bunda, bukan salah siapa-siapa."

Di salah satu ranjang, ada Ditya yang tengah tidur sambil memeluk Difya mereka juga baru bisa tidur saat jam sudah melewati tengah malam. Terlihat dari kedua mata Ditya yang sangat bengkak, tangannya dengan posesif menyembunyikan kepala Difya di dadanya.

"Za, ayo tidur lagi," kata Ayres berjongkok di samping kursi roda Yoza. "Biar cepat pulih, biar kita bisa pulang."

Yoza menoleh, Ayres tersenyum dengan tangan yang terulur untuk menghapus air mata Yoza dengan sangat lembut, ikut menggenggam tangan istri dan anaknya menyalurkan kekuatan untuk mereka semua.

"Percaya sama ayah, kita semua akan baik-baik, aja. Kita bakal tetap sama-sama, mas akan sembuh, Difya juga akan tetap sama kita," bisik Ayres.

Dipta mengangguk, Yoza memeluk Ayres dan kembali menangis. "Percaya, Za. Allah gak akan kasih ujian di luar batas kemampuan kita," kata Ayres. "Allah tau kalau kita semua kuat, kita pasti bisa bertahan. Karena sampai kapanpun, anak-anak akan tetap bertiga, aku sama kamu akan tetap berdua dan kita semua akan tetap berlima."

Tidak ada yang bisa mereka lakukan kecuali berserah diri, berusaha sekuat tenaga dan berdoa untuk bertahan bersama.

••••

08.18 AM

Kamar inap Yoza dan anak-anaknya di penuhi banyak orang. Seluruh keluarga datang setelah mendapat kabar tentang mereka.

"Jadi bagaimana, Res?" tanya Renaldi.

"Yoza keguguran," jawab Ayres. "Dipta sakit, dia leukimia," sambung Ayres melirik mertua dan orang tuanya. "Stadium 3."

"Astaghfirullah."

"Allahuakbar."

"Ya Allah, Dipta."

Renata terduduk di kursi samping ranjang Yoza, Ningrum duduk di samping Dipta. Para pasien itu masih tidur bersama dengan dua anak kembar yang masih setia di posisi mereka.

Renaldi menepuk pundak Ayres mencoba memberi kekuatan. "Kamu pasti kuat," bisik Renaldi.

Ayres hanya mengangguk, Bagas merangkul Ayres. "Kuat, Res. Jaga keluarga kamu, papi yakin kalian semua bisa melewati ini semua," kata Bagas.

TRIPLETS D [END]Where stories live. Discover now