Prolog

208 15 3
                                    

Luka yang dihidangkan, menjadi makanan yang harus dihindarkan. Lagi pula, siapa yang nafsu menikmati luka? Walau terkadang, sampai lambung juga.

***

Aku Naira, perempuan mungil yang membenci dunia. Tercengang? Tidak apa. Aku tidak akan pernah menyalahkan persepsi siapapun kepada diriku, mau itu salah ataupun benar. Sewaktu kecil, aku adalah perempuan paling bahagia, paling ceria dan paling aktif disekolah, namun diusiaku yang ke-13 tahun, duniaku berubah. Di banyak lembar pada buku ini, disederetan aksara yang tertulis pada kertas putih ini, aku akan bercerita tentang seberapa kacau balaunya duniaku.

Aku terluka, bukan pada lutut, bukan pada jari, tapi pada hati yang merindukan dekap seorang ayah. Luka kehilangan, luka yang paling susah disembuhkan, sebab obatnya hanyalah pertemuan. Banyak tanya yang hadir tapi hanya sekedar mampir, tidak mendapat jawaban apalagi kesimpulan.

Tapi disini, bukan hanya tentang aku. Aku tidak akan memberitahu, temukan saja dia dilembar setelah ini. Dia datang dengan luka yang sama tapi tidak benar-benar sama, dia datang untuk menyembuhkan tapi tidak benar-benar menyembuhkan, sebab dia juga termasuk alasan mengapa luka itu tercipta. Aku bocorkan disini, bahwa aku mencintainya, tapi benci selalu datang melengkapi, mengapa cinta dan benci harus berada pada kotak yang sama?

Silahkan berjelajah lebih jauh pada lembar-lembar berikutnya. Jika kamu punya luka yang sama sepertiku, aku berharap aku bisa menjadi teman untuk kamu melangkah lebih berani menghadapi luka yang kian merajai banyak duka dihidupmu.

Be Brave.

-Naira

***


Bima, aku adalah laki-laki yang mencintai Naira. Mungkin benar, aku adalah salah satu alasan mengapa luka itu tercipta, tetapi aku ingin kalian juga memahami dari sudut pandangku, memahami ketidaktahuanku, kegelisahanku dan sederet ketakutanku. Iya, Naira membenciku tetapi aku juga tau kalau ia mencintaiku. Cinta itu, akan menjadi bom waktu yang akan meledak sewaktu-waktu. Dan saat itu terjadi, aku akan memeluknya erat, sangat erat, hingga ia tahu kalau aku sangat mencintainya.

Aku akan memberitahunya dengan keras, bahwa aku mencintainya dengan tulus dari serangkaian hari yang telah kami jalani, bukan karena penebusan kebahagiaan yang telah aku renggut darinya di masa lalu. Aku menerima kebenciannya terhadapku, sangat. Tetapi apakah aku yang paling bersalah disini? Aku juga ingin dimengerti.

Mungkin ini bukan hanya ceritaku dan Naira saja, mungkin kamu juga memiliki luka yang sama. Aku berharap aku bisa menjadi jawaban dari segala luka yang sulit disembuhkan.

Love.

-Bima

BARA [END]Where stories live. Discover now