Harapan

139 10 2
                                    

POV Naira

Bagiku harapan adalah sebuah entitas yang dapat terbakar habis oleh masa, aku pernah berharap sampai habis masa kanak-kanak, hingga aku menjumpai masa remaja yang kemudian bias benci hadir secara perlahan, dan waktu berjalan begitu cepat, aku telah sampai pada dewasa-yang membuat kebencian itu tak lagi menjadi bias melainkan semakin jelas. Aku mengira bahwa aku telah sangat bersalah menempati rasa benci pada hati namun seiring berjalannya waktu, aku bertanya-tanya "mengapa aku harus merasa bersalah akan rasa benci yang hadir bukan karena mauku? Bukankah yang seharusnya merasa bersalah adalah ia yang meninggalkan?", aku terus mencari pembelaan terhadap nalar yang seakan menghasutku untuk terus membenci, namun nalar selalu menang dari prasangka yang coba kubuat-buat. Pada akhirnya aku menyerah, aku menerima segenap rasa kelabu yang dikirimkan dari palung rahasia, aku menerima akan rasa benci tapi tidak pernah bisa menerima kepergiannya yang sampai sekarang tak pernah jelas jalan ceritanya.

Harapan akan jelas suatu saat-bagai habis ditelan masa, sudah bertahun-tahun lamanya aku mencari dan menunggu berharap ada keajaiban menghampiri diriku, namun minor yang selalu kujumpai, sepertinya memang tak kan pernah jelas sampai habis masaku, tetapi bukankah semesta tak mungkin seperti itu? Semesta yang agung, mungkinkah ia membiarkan rahasia yang seharusnya terungkap menjadi seonggok bangkai yang harus dikubur dalam-dalam? Jika benar begitu, bukankah suatu saat bangkai itu akan tercium? Ah, sial aku berprasangka lagi.

Kini, sudah cukup bagiku untuk berandai-andai mencari alasan bahwa ia meninggalkan dengan alasan baik, nyatanya sukmaku semakin menjerit melantangkan hal sebaliknya, aku hanya ingin bilang kepadamu ayah, walau hidupku tidak sebaik dua belas tahun lalu saat bersamamu, namun aku tetaplah aku yang berusaha hidup untuk seorang ibu yang dulu sangat engkau cintai. Iya dulu, sekarang bagaimana dengan perempuanmu? Apakah ia lebih cantik dari ibuku? Apapun jawabanmu, bagiku ibu tetaplah wanita paling cantik diantara makhluk Tuhan lainnya, oh! Apakah engkau mempunyai putri lain sekarang? Atau bahkan seorang putra? Biar kutebak, mungkin umurnya sekarang sudah dua belas tahun, ya? Atau bahkan lebih tua lagi? Sebenarnya sudah berapa lama engkau bersembunyi dibalik aku dan ibuku? Aku tau pertanyaan-pertanyaan ini tidak akan pernah terjawab, bahkan terlontarkan saja, mungkin hanya menjadi angan. Terimakasih ayah, engkau telah mengajarkanku untuk tak terlalu menaruh percaya pada hanya seorang hamba.

Semburat jingga terlukis dilangit kota Waru. Selain udara pagi, aku juga suka menikmati pemandangan sore. Matahari yang perlahan pergi nyatanya tidak benar-benar pergi, eksistensinya tetap ada walau wujudnya sedang bersembunyi. Langit yang tampak sendu sebab tidak lagi mendapat sinarnya, nyatanya hanya tertidur untuk mengumpulkan energi bahagianya menyambut sang mentari esok pagi. Begitu harmonis hubunganya, sangat berbeda dengan duniaku.

Saat penatku mencumbu, disitu udara merayu. Tapi aku harus minta maaf pada malamku sebab aku begitu egois untuk tidak menikmatinya. Walau sudah sampai rumah, aku diharuskan melembur malam ini. Karena banyak naskah yang sudah memasuki batas deadline, ini sudah menjadi tanggung jawabku untuk memeriksanya. Sebenarnya jadwalku selalu teratur, tetapi seteratur-teraturnya jadwal yang aku rancang kalau setiap harinya naskah yang masuk bertambah banyak tetap aku masih kewalahan.

"Ra, gak tidur?"

Ibu memasuki kamarku pasti karena lampu yang masih menyala terang.

"Enggak bu, Rara masih harus meriksa naskah yang masuk. Nanti kalau sudah selesai Rara tidur kok bu,"

"Ra, kamu gak perlu bekerja sekeras ini. Ibu juga masih kuat kerja kok. InsyaAllah untuk makan sehari-hari gaji ibu cukup,"

Sejak aku bekerja, ibu selalu merasa tidak enak padaku, ibu juga pernah mengatakan kalau ia merasa bersalah karena tidak bisa memberikan kehidupan yang layak. Tapi tidak bagiku, aku membantahnya habis-habisan. Justru kalau bukan karena ibu, aku tidak akan pernah bisa kuat menjalani hidup yang tidak ada apa-apanya ini.

BARA [END]Where stories live. Discover now