Epilog

24 1 0
                                    

Hidup selalu berjalan sesuai takdir dari semesta. Sudah tugas manusia untuk selalu bersyukur dan menerima serangkaian masa yang dirancang oleh-Nya. Memang, semesta tidak melulu memberikan cerita yang penuh dengan suka cita, namun dibalik pilu-pilu itu pasti selalu ada pelajaran yang sangat berharga untuk bisa kita tuai. Percayalah, walau kita sering merasa bahwa duka lebih ruah hadir daripada suka, tangis lebih sering hadir daripada hal-hal manis, dan air mata lebih sering jatuh di pelupuk pipi daripada senyuman yang mengembang di sudut bibir, yakinlah bahwa ini adalah cara semesta untuk mengajarkan kepada kita bahwa dunia tidak hanya identik dengan kehancuran dan air mata.

Seperti Naira yang kehilangan sosok ayahnya dan ia merasa bahwa dunianya yang penuh canda tawa sudah hilang entah kemana dan ia perlahan kehilangan dirinya sendiri. Namun, apakah semesta membiarkannya hanya akrab pada kehilangan-kehilangan tanpa menghadirkan bahagia? Tentu tidak. Seiring berjalannya waktu, semesta menghadirkan Nayla dan Bima di sisinya. Begitu juga pada Bima, sedari kecil ia sudah dibuang dipanti asuhan dan diberi kasih sayang terbagi. Namun, apakah semesta mengutuknya untuk tak pernah mendapat sebuah keutuhan? Tentu tidak. Seiring berjalannya waktu, semesta menghadirkan sepasang orang tua baru untuknya, dan juga ia mendapat wujud bahagia yang lain, yaitu dengan adanya Naira. Hal ini juga berlaku kepada Nayla dan juga insan-insan lain di muka bumi ini, jadi sejatinya kita tidak pernah melewatkan luka-luka ini dengan sendirian.

Benar kata mereka, hidup selaiknya roda yang berputar, kadang diatas kadang dibawah. Seperti itulah hidup, kadang kita harus menjumpai lara sebelum pada akhirnya menjumpai tawa, berlaku juga sebaliknya, kadang kita menjumpai bahagia terlebih dahulu sebelum pada akhirnya mala datang dengan seizin-Nya. Namun yakinlah, Tuhan selalu memberikan cobaan kepada insan-insan yang mampu menanggungnya. Jadi percayakah kalian, bahwa kita sedari awal, sudah dilahirkan sebagai seorang pemenang? Menang dari segala halang-rintang semesta.

Jika kamu sedang bersedih, sedang merasa putus asa, sedang dipenuhi amarah. Hey, sadarlah. Kamu tidak melewati itu dengan sendirian. Angkatlah wajahmu, kembangkan sudut bibirmu dan mulailah untuk berani melangkah. Kamu sedang berlomba dengan waktu, untuk mendapatkan trophy kemenangan itu. Jika di tengah perlombaan kamu letih, beristirahatlah, karena kamu perlu jeda sebelum pada akhirnya keletihanmu akan mereda.

***

Satu tahun kemudian..

Naira membuka gorden kamarnya, hari ini ia bangun pagi dengan segar bugar. Ia membuka jendela kamar dan menghirup udara sebanyak-banyaknya.

"Ah..pagi yang indah." ujarnya berseri-seri.

Kemudian, ia bergegas untuk mandi dan bersiap pergi.

Naira akan pergi ke acara pameran yang diselenggarakan di galeri seni yang setahun belakangan ini sering ia kunjungi. Naira suka menghadiri acara-acara seperti ini, semenjak kepergian Bima pada hari itu. Sejak hari itu, mereka benar-benar tak pernah saling bertukar kabar apalagi bertukar cerita. Naira kira, ia akan baik-baik saja, namun ternyata kerinduan itu selalu datang. Pikir Naira, mungkin ia bisa bertemu dengan Bima di acara-acara seperti ini, karena ternyata sangat sulit baginya untuk melupakan Bima begitu saja. Namun, sudah puluhan acara pameran dalam setahun ini yang ia hadiri, tak pernah sekalipun ia mendapati seorang Bima disana.

"Bu, Naira berangkat ya."

"Mau kemana, Ra?"

"Ada deeh." Naira menyeringari.

"Gak mau makan dulu?"

"Belum laper, bu. Nanti aja, gampang."

"Mau ketemu cowo, ya?" tuding ibunya.

"Ih ibu..emm bener sih, doain ya bu, semoga beneran ketemu."

"Aduh, sejak kapan anak ibu jadi genit gini?"

BARA [END]Where stories live. Discover now