Dia Audsty

5.4K 616 13
                                    

Ini tentang kita yang terlalu sibuk merendahkan diri hanya karena penilaian orang lain. Hingga akhirnya membenci diri sendiri.

Rangga Ini Anya
@Sarifatulhusna09

.
.
.

Kafe bergaya klasik dengan lampu remang, menjadi tempat kencan pertama mereka. Keduanya duduk saling berhadapan. Ketika Anya sibuk memperhatikan sekitar dengan senyum mengambang, Rangga sibuk memperhatikan raut bahagianya.

“Senang?”

Anya mengangguk mantap dengan senyum malu.

Kedua sudut Rangga tertarik, ia mengacak gemas puncak kepala Anya. “Habis ini mau ke Bioskop?”

“Bioskop?”

“Mau?”

Tentu saja Anya begitu mau, apalagi dengan Rangga. Membayangkan mereka berdua duduk sebelahan, Anya bersandar di bahu Rangga dengan ditemani popcorn dan film romantis, hush pikiran dia jadi ke mana-mana.

“Mau …”

Pesanan mereka datang, Anya sih tidak tahu Rangga tadi pesan apa, didepan mereka hanya ada satu piring namun dengan porsi banyak. “Satu aja kak Rangga?” Rangga memberikannya satu sendok.

“Hmm.” Rangga mengedipkan matanya.

“Makannya berdua sambil suapan. Kencan halal kan?”

Aduh pipinya panas. Anya menengok sekitar, untunglah pengunjung lain sibuk dengan urusan mereka. Rangga mengambil sesendok, menyodorkan padanya.
Bersiap membuka mulut, tetapi begitu makanan itu sampai di depan mulutnya Rangga menarik lagi dan memakannya dengan tawa mengudara.

Anya mengerucutkan bibirnya kesal. Walau senyumnya tak dapat tertahan.

“Emm enak.”

“Mau kak Rangga …”

“Sini kakak suapin.”

Prank lagi nih?”

Rangga tertawa. Anya mengambil sendoknya, menyodorkan sesendok juga untuk Rangga. “Coba lagi kak Rangga.”

Balas dendam, begitu mulut Rangga terbuka, Anya segera melahapnya.
“Hmm yumii … Kak Rangga enak.” Anya tergelak menatap wajah datar suaminya.

“Pinter jahil ya sekarang.” Mereka tertawa. Rangga mencubit gemas pipinya.

"Tunggu sebentar ya."

Anya mengangguk. Memperhatikan Rangga yang bangun dari kursi. Entah ke mana Rangga, mungkin ke toilet. Anya tidak terlalu memperhatikan. Ia menungkup kedua pipinya tersenyum.

Semua ini tak pernah ia bayangkan.

"Misi kak?"

Kepalanya menoleh. Mendapati seorang gadis dengan gaya fashionable, menyodorkan Sebuah kertas. Ini maksudnya gimana?

"Boleh kasih nomor kakak yang tadi?"

Anya terdiam sejenak sebelum mencerna. Kakak tadi?

"Yang ganteng."

Rangga?

"Kakak temannya kan?"

Dua sabit Anya luntur. Ia tersenyum tipis. Menerima kertas itu dan menulis nomor asal.

"Aku kelihatan kayak temannya ya?"

"Hmm. Soalnya ... Kalau pacar emm ..." Dia menjawab ragu. Anya sudah Paham. Hanya mengulas senyum pahit dan memberikan kertas itu kembali. Mereka berbalik pamit setelah mengucapkan terima kasih bersamaan dengan kedatangan Rangga.

Rangga Ini Anya- ENDUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum