Pilihan Sulit

6.5K 731 144
                                    

Sebelum baca ini, baca part sebelumnya dulu ya. Aku double Update. Biar gak terlewat.

***

Untuk apa kamu harus berkorban sementara hatimu menjerit tertahan?
Kamu nggak harus seperti ini.

Rangga Ini Anya
@Sarifatulhusna09

.
.
.

Tok tok tok

Suara ketukan membuatnya yang baru saja melaksanakan sholat Dhuha segera berdiri. Senyum Anya mengambang. Pasti Rangga. Tubuh yang masih dibalut mukena putih itu kini melangkah membuka pintu dengan semangat.

Senyum yang melebar perlahan surut begitu melihat seroang pria berwibawa dengan jas hitam mengkilatnya, berdiri di depan pintu bersama seorang pria berwajah datar dan dingin. Anya menatap tamunya bergantian.

“Iya, Pak?”

“Anya kan?”

Dua alis Anya naik, ia mengangguk kecil. Lagi diperhatikan pria di depannya. Melihat dari bajunya sepertinya beliau orang kantoran. Apa bos Rangga?

“Boleh saya masuk?”

“Oh ya tentu.” Anya menyudahi rasa penasarannya, membuka pintu lebar-lebar. Mempersilahkan tamunya duduk di sofa. Sedang ia pamit sejenak untuk membuatkan minum dan mengganti pakaian.

“Silakan di minum, Pak.”

Anya tersenyum, menaruh dua cangkir teh berserta kue di atas meja. Ia lantas ikut duduk tepat di sebrang pria yang dari tadi tidak beralih menatapnya. Menghindari kecanggungan, Anya langsung menanyakan mereka siapa. Pertanyaan yang terus berputar dalam pikirannya.

“Saya Ronal. Papi Audsty.”

Audsty. Nama itu membuat perasaannya tiba-tiba gelisah.

“Ada ya Pak?”

“Ada hal yang ingin saya sampaikan pada kamu.” Anya mengangguk, membiarkan Ronal melanjutkan. “Jika kamu sakit dan umur didiagnosa hanya sebentar, apa yang akan kamu lakukan Nak Anya?”

Anya bergeming.

“Kebahagian.” Ronal melanjutkan. Ia mengangsurkan beberapa foto yang langsung diterima Anya. “Putri saya … sakit.”

Anya mengigit bibir melihat foto Audsty yang tengah berbaring dengan banyak alat, bagaimana pucatnya wajah itu dan Audsty lebih terlihat kurus.

“Sebagai seorang Ayah … saya hancur.”

Ronal mendongak, menghalangi air matanya yang menggenang. “Empat tahun lebih sakit itu menghantuinya, stadiumnya sudah parah hingga akhir.”

“Lebih membuat saya sakit, putri saya engan berobat lagi. Dia bilang di sasa hidupnya, dia hanya ingin menikmati dengan …” Ronal menatap manik mata Anya yang sayu. “Rangga, laki-laki yang pernah hadir dalam hidupnya.”

Anya beralih menatap foto catatan diary Audsty. Perasaanya remuk, ia merasakan nyeri begitu membaca Paragraf singkat itu.

Nggak apa-apa Tuhan. Aku rela jika sakit ini merenggut hidupku. Aku ikhlas umurku hanya menunggu waktu. Tapi Tuhan, bolehkah aku minta satu hal saja? Aku ingin Bahagia. Aku ingin Rangga di sisa hidupku. Hanya Rangga Tuhan. Aku butuh dia di sampingku.

Rangga Ini Anya- ENDWhere stories live. Discover now