Aku Pergi, Ya

16.6K 1.2K 1.4K
                                    

Boleh Absen dulu yuk di sini yang udah nungguin mereka?👐

Rangga Ini Anya beberapa part lagi bakal ending. Sekitar 2-4 part lagi. Kamu Tim mana nih? Sad ending atau Happy Ending nih?

Tulis di sini yah
Happy Reading^^

.
.
.

Kata dulu yang akan berbeda dengan sekarang. Dulu yang telah hilang dan tidak ditemukan. Dulu yang tak sama dan kini seutuhnya berbeda.

Dulu semuanya ada
Tapi waktu perlahan memakan semua
Menyisakan kini yang menjadi tanda tanya

Rangga Ini Anya
@Sarifatulhusna09

.
.
.

“Rangga Adipta Daren, saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan putri saya bersama Audsty Mega Ronal dengan mas kawin 300 gram emas dan seperangkat alat sholat, dibayar tunai.”

Anya meremas kuat tangannya, menyalurkan rasa sakit yang ia rasa. Sedikit lagi .. hidupnya berubah.

“Saya terima nikah dan  kawinnya putri Bapak yang bernama Audsty Mega Ronal dengan mas kawin seperangkat alat sholat-“

Tit tit tit

Bunyi mesin Defibilator memecah akad. Mereka menoleh panik pada tubuh Audsty yang kejang-kejang. Garis-garis di monitor mulai tidak beraturan. Suasana pernikahan itu seketika berubah kepanikan.

Ronal buru-buru menekan tombol di atas kepala brankar. Morgan keluar, berlari setelah diperintah untuk memanggil Dokter dan Rangga terpaku khawatir melihat keadaan Audsty. Anya sontak berdiri di tempatnya. Tepat begitu Dokter datang dan memeriksa, bola mata yang beberapa hari ini tertutup itu membuka.

Tangan lemah itu naik, menghalangi Dokter untuk mendekat. Audsty melepas susah payah alat bantu pernafasannya. Nafas gadis itu tersenggal. Tapi ia bersikeras melepaskan alat bantu pernafasannya. Mengabaikan nada permohonan Ronal.

Mata sayu itu kini menatap sekelilingnya, lalu terakhir berpusat pada Rangga. Bibir yang pucat pasi itu kini tersenyum. “Enggak usah Ngga,” ucapnya susah payah. “Mama udah nungguin aku.”

“Sayang.” Ronal menangis, menggenggam erat tangan sang putri yang sedingin es. Perasaannya carut marut.

Rangga membalas tatapan itu. Tatapan Audsty yang kini berbeda. Dadanya tercekat, tercekat akan kalimat terakhir yang disampaikan dengan senyum lebar.

“Jaga Anya ya.”

Anya terisak.

“An-anya …”

Anya mendekat, berdiri di samping Rangga. Ia tidak kuat melihat Audsty saat ini. “Maaf.”

“Aku …” Audsty memejamkan mata. Sakit. Tubuhnya seakan remuk secara bersamaan. Nafasnya mulai tidak beraturan, air matanya lolos. “Maaf … aku … pergi … du- lu ya …”

“Au …” Ai mata Rangga tumpah.

Audsty menatap Ronal, bulir itu kian deras. Keringat dingin kini membasahi dahinya. “Au, pa-mit yah … Pi. Au sa-yang Papi. Au … min-ta ma-af. Pi ba-cakan … ba-ca kan sya- haah -dat.”

Ronal menuntun dengan tangis memilukan. Terpatah Audsty mengikuti. Sesaat waktu berlalu cepat. Monitor berbunyi Panjang bersama teriakan dan raungan, bersama kepedihan dan air mata.

Rangga Ini Anya- ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang