Menunggu Pernyataan

5.6K 567 13
                                    

Yang udah nggak sabar nungguin mereka update, hai?😍
Absen dulu yuks ....

Happy Reading
💙💙💙

***

Aku akan membuang prasangka ini. Akan kucoba tidak peduli. Tidak apa-apa. Biar nyeri ini kurasakan sendiri.
Biar aku tutup kenyataan dan menganggap kamu juga mencintaiku. Sangat mencintaiku. Walaupun ... aku tahu sekalipun tidak pernah kudengar pernyataan cinta itu darimu.

Rangga Ini Anya
@Sarifatulhusna09

.
.
.

Di dalam ruang IGD itu, perhatian Rangga tidak teralih sedikitpun dari seorang qanya Saufi yang kini kembali terlelap. Diusapnya lembut puncak kepala Anya. Resah, gelisah dan kekhwatiran begitu terlihat di wajah tampan itu.

Rangga menghela nafas pelan, melirik waktu yang sudah menunjukkan pukul dua siang. Hari ini banyak yang harus diurusnya. Ia harus pulang sejenak selagi Anya tidur, mengambil kebutuhan Anya dan dia untuk beberapa hari ke depan.

Setelah mengecup pelan tangan Anya, ia melangkah keluar dari IGD, menitip pesan kepada perawat untuk menjaga Anya sejenak. Seiring langkahnya keluar dan mencapai parkiran, Rangga baru teringat dia tadi membawa mobil Perusahaan.

Langkah kakinya melebar dan kemudian berlari ke seberang jalan. Terakhir kali dia meninggalkan mobil yaitu di depan sebuah bengkel motor. Sorot mata hitam itu mengedarkan pandang begitu tidak melihat mobil yang dicarinya.

Rangga mengusap wajahnya gusar, kepanikan kini menyerangnya. Kejadian hari ini sungguh membuatnya lupa sudah meninggalkan mobil dan Amanah untuk menemui client perusahaan.

“Pak, lihat mobil hitam sedan di sini tadi? Sekitar jam sepuluh lewat. Tadi saya tinggal di sini.” Ia sangat berharap Bapak yang terlihat berumur lima puluh tahunan itu tahu. Beliau kini mendongak bingung dan mengikuti arah tunjuknya, tepat terakhir ia meninggalkan mobil.

“Itu punya, Mas?”

“Iya, Pak. Punya saya. Bapak lihat mobilnya?”

“Tadi saya liat mobilnya sudah dibawa.”

“Dibawa?” Dahinya melipat dalam. “Polisi atau-“

“Bukan, Mas. Ada dua orang laki-laki.”

Rangga sontak merogoh kantong celananya, tidak ada kunci. Apa ia meninggalkan kunci di mobil itu dan itu dimanfaatkan orang untuk mencurinya?

Setelah mengucapkan terima kasih, Rangga menjauh. Ia segera membuka ponsel.

Dua puluhan panggilan tidak terjawab dari atasannya.

Rangga mendesah. Mendongak dan memejamkan matanya seiring helaan nafas berat meluncur dari mulutnya. Sepertinya dia harus bersiap untuk kemarahan bosnya karena menghilangkan mobil perusahaan dan tidak mengantarkan file surat ke rapat penting untuk jam 11 ini.

***

“Kak Rangga? Kak Rangga dari mana?”

Pertanyaan itu langsung tertuju padanya begitu memasuki ruangan. Pandangan Rangga jatuh pada istrinya. Rangga membawa koper berisi baju mereka dan menaruhnya di sudut ruangan.
Waktu sudah menunjukkan pukul enam sore begitu ia sampai di Rumah Sakit, niat pulang sebentar untuk mengambil baju batal karena kehilangan mobil perusahaan. Bagaimanapun itu tanggungjawabnya. Rangga tidak bisa lari darinya dan menghindar. Ia harus melapor kehilangan dulu dan kembali ke Perusahaan. Sesuai dugaannya, begitu memasuki ruangan, amukan atasan menyambutnya.

Rangga Ini Anya- ENDOù les histoires vivent. Découvrez maintenant