Terusir

352 82 17
                                    

Scarlet, warna darah telah jatuh ke tanah.

Dipenuhi pemikiran egois dengan nada sekarat.

Berkeliaran bebas di atas salju yang berkabung.

Scarlet, warna dengan aroma yang manis.

Kini telah dikuras dari seluruh aroma.

Menunggu akhir yang pahit dengan rendah hati.

Dan pada akhirnya,

Selamanya abadi, kering dan mati.

>-------000-------<

Aku terkapar bersimbah darah di tengah hamparan salju yang dingin. Menangis tak berdaya pada malam yang sunyi senyap. Kutatap purnama kebiruan di atas sana yang menatapku iba. Sakit. Ya, sakit. Pengabdian, cinta dan kesetiaanku telah mengantarkanku pada jurang dalam yang suram.

Dijatuhi hukuman berupa pengusiran setelah disiksa adalah hukuman berat yang kuterima. Mereka berharap aku akan mati dengan sendirinya di jurang ini. Aku pun juga berharap demikian agar sakit ini memudar dan hilang.

Anganku kembali memutar masa lalu. Aku adalah Beta yang tangguh dan terkena nasib sial karena berteman dengan Alpha  yang kesepian. Sebagai Beta, aku dituntut untuk selalu berada di samping sang pemimpin.

Selama bersamaku ia terlihat bahagia dan aku pun bahagia, hingga suatu hari ia berkata, "Jika nanti aku sudah dewasa dan mencapai puncak kekuatanku dalam memimpin, aku ingin kau menjadi pasangan abadiku agar kau terus di sisiku."

Ah, seandainya saja ia tak menawarkan perasaannya padaku, mungkin aku takan menyerahkan hatiku semudah itu. Seharusnya aku tak boleh membiarkan perasaanku ditawan dengan mudah olehnya. Tapi hatiku yang rapuh tanpa sengaja menumbuhkan harapan dimana kami akan saling memiliki satu sama lain sebagai pasangan abadi.

Aku memupuk subur perasaan itu di kedalaman jiwaku sampai dewasa. Berharap menjadi kenyataan seperti yang kami impikan di waktu kecil.

Namun sayangnya, ia justru menjatuhkan hatinya pada gadis lain, seorang manusia dengan aroma manis yang memabuatnya mabuk kepayang walau dalam jarak yang jauh. Perlahan dia meninggalkanku dan menumpas semua angan bahagiaku atas kalimatnya yang pernah terucap.

Hanya dalam waktu semalam, aku menjadi gadis yang patah hati. Menyaksikan dirinya yang tengah menandai gadis lain sebagai kepemilikannya penuh gelora. Amarahku membara dengan hati seperti dicabik, tapi aku masih menahannya.

Dengan ketabahan yang kubuat seperti baja, aku tetap menjalankan tugasku sebagai pemimpin pengganti selama ia pergi menemui gadis itu. Dengan susah payah aku mengurus anggota pack dan membuat laporan untuknya.

Tapi masalah di pack kami semakin rumit saat Alpha kami semakin jarang pulang dan mulai tinggal bersama gadis itu. Mereka mulai tidak puas atas kepemimpinan Aldric dan mendesakku untuk melakukan kudeta.

Aku semakin depresi. Patah hati dan kecemburanku juga semakin di ambang batas setelah ia membawa gadis manusia itu dalam komunitas pack kami untuk diperkenalkan secara resmi, ditambah desakan dari para anggota yang diam-diam terus memintaku untuk mengudeta posisinya.

Mungkin aku bisa saja melakukan kudeta, tapi aku memilih untuk mempertahankan kesetiaanku. Berharap ia mau menatapku lagi seperti dulu, bukan hanya sekedar sebagai Beta yang menjalankan tugas dari atasannya, tapi sebagai sosok yang berarti di matanya.

Namun ternyata tak semudah itu. Aldric tak pernah menatapku lebih dari seorang Beta yang harus patuh pada Alpha-nya dan saat itu aku...mulai gelap mata.

ScarletOù les histoires vivent. Découvrez maintenant