Pulih

182 41 13
                                    

---Dua Puluh Hari Kemudian---

Selama lima belas hari, aku terbaring lemah dan baru sehat kembali lima hari yang lalu. Aku tercengang dengan kemampuanku yang meningkat drastis setelah itu. Bukan hanya dari segi kecepatan fisik, kekuatanku juga jauh lebih dahsyat dari biasanya. Selain itu, aku bisa membaca pikiran serigala lain.

Setelah berlatih selama lima hari, akhirnya aku bisa mengendalikan kemampuanku secara bertahap.

Penciumanku juga menajam. Pikiranku terasa ringan meskipun sebagian masalah masih bersarang di sana. Baru kali ini aku merasa sesegar ini setelah tertimpa masalah bertubi-tubi seolah-olah seperti terlahir kembali. Suasana hatiku juga membaik dengan emosi yang lebih stabil. Apa ini pengaruh dari kekuatan miliknya?

"Kau sudah memiliki sebagian kekuatanku." Alan tiba-tiba muncul memberi tahu. "Hebat bukan?"

"Ini...luar biasa," sahutku tak percaya.

Kali ini aku menggunakan kekuatanku untuk membaca pikirannya dan itu berhasil! Aku tahu apa yang tengah ia pikirkan dan aku berkata, "Aku baru tahu otakmu...sedikit mesum."

Ia terdiam kaku, seperti kucing yang ketahuan mencuri. "Kau membaca pikiranku?"

Aku mengangguk. "Kau masih membayangkan penyatuan kita dan...gambaran-gambaran vulgar lainnya. Apa kau sedang menginginkannya lagi?"

Wajahnya berpaling sejenak. Aku tersenyum geli saat kutahu ia tengah menahan malu. Pantas saja ia suka membaca pikiranku, ternyata rasanya memang menyenangkan.

"Jika kujawab iya, apa...kau bersedia?" tanyanya. Sangat terlihat jelas ia tengah memaksakan diri untuk menatapku dengan wajah malu.

Jujur, aku tergiur dengan tawarannya. Masih teringat jelas sensasi panas saat kami bercinta waktu itu dan kini ia menanyakan kesediaanku. Tentu saja aku mau! Tapi...

"Tidak masalah jika kau tidak bersedia," ujarnya, seperti membaca keraguan dan kegelisahanku.

"Aku bersedia" jawabku. Entah kenapa, kali ini aku tak bisa menolak.

"Tapi tidak sekarang?" cibirnya, menyindir pernyataan yang pernah kulontarkan. "Aku tahu kau akan menjawab seperti itu."

Aku tersenyum. Dia membaca pikiranku. "Tidak," sahutku dan itu berhasil membuatnya terheran. "Mari kita lakukan."

"Tunggu." Alan mundur beberapa langkah. "Kalimatmu tidak sesuai dengan pikiranmu. Itu berbohong namanya."

"Aku sedang berlatih memanipulasi pikiran lawan yang membaca pikiranku."

"Wah ide yang bagus. Tapi kuharap kau tak sering melalukannya padaku."

"Hmm...tidak akan."

"Jadi..." Ia menutup jarak dengan antusias dan...keinginannya. "Kita akan melakukannya lagi?"

"Sebelum itu, coba tangkap aku."

Aku tertawa sambil berlari kencang, sementara ia mengejarku. Kecepatan yang menggila membuat hatiku lega. Tak ada gundah gelana yang bergelayut. Sejenak aku merasa aneh. Seharusnya aku menolaknya, tapi kini aku malah sengaja memancingnya. Agak menggelikan sebenarnya, tapi...aku merasa berbeda dengan diriku yang biasanya.

Saat suasananya menjadi lebih hening dan sepi, aku membanting diri dan berguling manja, benar-benar tindakan yang tak pernah kulakukan. Namun saat ini aku sangat ingin berguling sambil menikmati butiran dingin yang menempel pada bulu-buluku.

Ada bagian hatiku yang senang saat Feromon Alan tercium sangat pekat. Ia mulai terpancing dan bernafsu. Sepertinya Feromon-ku berhasil menjeratnya.

ScarletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang