Pesaing

173 41 19
                                    

Aku meringkuk di tempat tidur dengan malas. Perutku pun semakin membesar, cukup menguras tenaga walau hanya sekedar untuk berjalan. Seiring pertumbuhan janinku, aku lebih banyak menggunakan wujud manusia agar tulang punggungku tak terlalu pegal saat melangkah. Namun wujud manusia juga sama-sama memiliki resiko.

Satu bulan telah berlalu, aku tak pernah lagi ikut rapat perihal perkembangan informasi dari Rogue setelah peristiwa waktu itu. Alan melarangku untuk ikut terlibat demi anak dalam perutku. Aku juga dilarang untuk berpikir secara berlebihan untuk mengurangi frustrasi dan juga agar beristirahat dengan maksimal.

Ya, begitu lah. Dengan semena-mena ia melarangku ini dan itu tanpa memikirkanku yang pastinya akan bosan dan jenuh. Selain itu, aku juga penasaran dengan perkembangan pack dan asosiasi, tapi...

Cih! Menyebalkan!

Padahal aku yang mencetuskan ide untuk mengirim mata-mata, tapi kenapa Mona yang bertindak untuk mengatur segalanya sementara aku hanya duduk, makan dan tidur di rumah?

"Nyonya, saya bawakan makanan untuk anda." Julia membawa nampan berisi potongan iga yang tampak menggoda.

"Terima kasih."

Julia terdiam dan tampak gelisah. "Nyonya, apa...tidak masalah jika Mona mengambil alih peran anda di balai pusat? Ma-maksud saya...apa tidak masalah jika...tuan Alan lebih sering menghabiskan waktu untuk rapat bersama Mona?"

"Mereka sedang menjalankan tugasnya. Apa yang perlu dicemaskan?," jawabku. Padahal aku sedikit khawatir peranku diambil dan merasa tak berguna.

"Anda...tidak cemburu?"

"Di sana ada Clay dan juga Brady. Jadi aku tak terlalu khawatir." Aku merobek daging di hadapanku dan menyantapnya. "Yang penting anak ini lahir dengan selamat."

"Baiklah. Kalau begitu saya permisi."

Aku melahap makananku sambil termenung. Pikiranku tertuju pada apa yang dikatakan Julia. Jika aku tak cemburu, tentu itu hanya dusta belaka. Namun aku juga tak bisa menunjukkan kecemburuanku dengan gegabah.

Akhir-akhir ini, Alan juga jarang di rumah. Ia lebih banyak menghabiskan waktu di balai pusat dan memantau barack. Mungkin ia sudah mendapat beberapa informasi, tapi belum sempat memberitahuku.

Napasku terasa berat di sela kunyahanku. Berharap semua akan baik-baik saja dan anakku bisa lahir dengan selamat tanpa dalam situasi yang berbahaya.

"Nyonya, maaf mengganggu." Julia datang lagi. "Mona datang mengunjungi anda."

Aku berhenti makan sejenak dan mengangguk, pertanda ia kuijinkan masuk. Entah mengapa perasaanku sedikit carut marut dengan kedatangannya. Ada rasa sungkan yang tak nyaman setelah beberapa hari tak melihatnya karena kesibukannya membantu Alan.

Serigala betina itu datang dengan langkah gemulai. Entah sejak kapan ia berjalan seperti itu, aku sedikit geli dengan tingkahnya. Pasalnya, aku bukan Alan. Untuk apa ia melangkah dengan sok anggun begitu?

"Ah, kita bertemu lagi, Beta!"

Mata Julia melebar mendengar panggilannya yang tak sopan padaku.

"Maaf saat itu aku tak sempat menyapa. Aku langsung disibukkan urusan pack setelahnya. Jadi...aku tak sempat menyapamu dengan benar," lanjutnya.

"Tidak masalah," sahutku. "Ada perlu apa kemari? Kau tidak mungkin datang hanya untuk menyapaku, kan?"

Mona melirik ke arah Julia yang masih berdiri di dekat pintu. "Aku perlu bicara berdua."

Aku memberi isyarat pada Julia untuk meninggalkan kami berdua, sementara ia tampak enggan dan melangkah pergi dengan berat hati.

ScarletWhere stories live. Discover now