Tidak ada gunanya berlari
Kau tahu aku akan menemukanmu
Semuanya sempurna sekarang
Kita bisa hidup bersama
Kau tidak bisa meninggalkanku lagi
Kau milikku
Ambillah hidupku di dalam dirimu
Tidak ada yang bisa lepas dariku
Menyerahlah!
>-------000-------<
Aku duduk melamun, menatap ke luar jendela yang berembun. Kali ini turun badai salju, begitu lebat hingga memburamkan pemandangan pada jarak jauh. Kutatap surat penawaran dari pihak Asosiasi yang membuatku risau. Walau tidak mau, mereka tetap mengancamku jika menolak.
'Aku dari Black Moon Howlers pack, kau bisa tinggal di sana'
Ucapan Alan kembali terngiang.
'Black Moon Howlers Pack, adalah target kami berikutnya'
Dan suara Lorraine juga turut terngiang, membuatku frustrasi.
'Namaku Alan Mourish. Siapa namamu?'
'Aku mengincar kepala sang Alpha, Alan Mourish.'
'Aku adalah pasangan abadimu. Baumu memberitahuku kalau kau takdirku.'
'Kalau bisa...buat dia jatuh cinta padamu'
Aku meremas rambut saat pening melanda. Kalimat-kalimat mereka memenuhi kepalaku secara bergantian.
'Kau takan bisa melawanku'
Kini aku teringat Serigala putih bermata biru dalam mimpiku. Pikiranku langsung teralihkan seketika dan sekarang rasa penasaran melandaku. Siapa Serigala itu? Auranya tampak aneh. Aku tak pernah tahu ada Serigala berwujud seindah itu, rasanya seperti...dewa.
Suara lolongan membuat lamunanku buyar. Ternyata hari memang sudah gelap dan...nenek Farida belum sampai?
Aku bergegas mengambil jubahku, berencana untuk menjemputnya. Mungkin saja, ia terlambat pulang. Tapi masalahnya, hutan ini seperti tak menolerir keterlambatan waktu mengingat ada banyak Serigala yang mengintai wanita tua itu.
Aku berlari menahan napas saat melewati pagar, lalu berjalan dengan langkah cepat dengan khawatir. Tidak biasanya nenek Farida terlambat pulang. Jika dia berencana menginap di toko, pasti ia akan memberitahuku sebelumnya.
Setelah lumayan lama berjalan, telingaku menangkap suara jeritan dari kejauhan. Itu...suara nenek Farida. Aku berlari menuju sumber suara yang ternyata sudah lumayan jauh dari jalan yang biasa ia lalui.
"Tolong!"
Suaranya semakin jelas. Aku berlari tanpa peduli dengan ujung jubahku yang mulai koyak akibat ranting yang berserakan. Kulihat, wanita tua itu tengah dikepung oleh enam ekor Serigala. Nenek Farida tampak ketakutan sambil membawa sebatang ranting besar yang digunakan untuk bertahan.
"Nenek!"
Semua menoleh ke arahku dan mendesis tajam.
"Jangan ganggu kami!"
"Bukankah sudah kubilang untuk tak mengganggunya?!"
"Tunggu, kalian bisa berbicara? Berarti...kalian memang benar-benar makhluk itu?" Nenek Farida tampak syok pada kawanan Serigala di sekitarnya.
Mereka semua terkekeh dan salah satunya menjawab, "Jangan kaget seperti itu, manis. Kami hanya kawanan werewolf."
"Gadis itu pun sama seperti kami!" timpal lainnya dan kini nenek Farida menatapku. "Seharusnya kau lebih waspada padanya karena levelnya ada di atas kami," lanjutnya.
YOU ARE READING
Scarlet
WerewolfIrina Winter, werewolf Beta yang jatuh cinta pada teman Alpha-nya sejak kecil. Suka duka telah mereka lalui bersama sampai mereka beranjak dewasa. Hingga pada akhirnya, sang Alpha memilih gadis manusia sebagai pasangan abadinya. Patah hati memaksany...