Moon Goddess

180 50 23
                                    


Biarkan aku masuk

Dan membawamu ke tempat yang tak kau ketahui

Menyelam ke dalam jiwamu

Dan menelanmu secara utuh

>-------000-------<

Aroma kayu yang kering dan udara yang hangat, begitu familiar seolah aku pernah merasakan momen ini. Gemerisik daun kering yang jarang terjadi, tapi sangat akrab di telinga. Langit begitu cerah sampai mataku yang terpejam terasa silau.

Kubuka mata perlahan dan benar saja, di atas langit begitu cerah sesuai perkiraanku. Butuh waktu sejenak untuk menyadari bahwa aku terbaring di hutan musim gugur. Daun-daun kering yang begitu empuk di punggungku dan juga...matahari.

Aku mengedarkan pandangan, mengamati tempat di mana aku berada. Hutan asing yang sepertinya...pernah kulihat entah di mana.

"Masih ingin melawanku?"

Sosok Serigala putih bermata biru muncul di hadapanku. Tubuhku membeku saat kami saling menatap. Aku pernah bertemu dengannya dalam mimpiku, tapi jaraknya tak sedekat ini. Saking dekatnya, aku bisa melihat tanda bulan sabit di dahinya.

"Kau..." Kalimatku menggantung. Tanda bulan sabit itu membuatku menebak-nebak bahwa serigala ini adalah jelmaan Moon Goddess.

Tiba-tiba suasana berganti sebelum aku sempat menyelesaikan kalimatku. Mataku terbelalak saat kulihat sekelilingku sudah beda tempat dalam sekejap. Kini bukan lagi hutan musim gugur yang kering, melainkan hutan gelap yang dingin di tengah malam.

Aku semakin mematung saat serigala itu berubah menjadi sosok Aldric. Ia menatapku sendu tanpa kata, tapi aku tahu itu hanya ilusi darinya. Kemudian, sosok itu berubah lagi sesuai dugaanku. Namun kini sosoknya berubah menjadi Alan.

Dengan keyakinan penuh bahwa semua ini hanya mimpi belaka, aku berusaha untuk tetap tenang walau jantungku berdebar ketakutan.

Ya, ini hanya mimpi.

Sosok Alan palsu itu mendekatiku, lalu menciumku. Mataku melebar karena sentuhannya terasa nyata. Akal sehatku berusaha menepisnya karena aku tahu ini hanya ilusi. Serigala putih itu berusaha mempermainkan perasaanku.

"Siapa kau sebenarnya?" lirihku di antara ciumannya.

Ia tersenyum, masih menggunakan wujud Alan. "Aku adalah sosok yang seharusnya hanya bisa dilihat oleh kaum Alpha."

"Moon Goddess?" Pertanyaan itu tak bisa kutahan lagi.

"Aku ingin memberimu sedikit pelajaran atas sikap kurang ajarmu padaku," bisiknya sambil mendekapku.

Aku mencium bau darah yang manis. Tubuhku bergetar ketakutan saat ia mengubah wujudnya menjadi sosok nenek Farida. Bayangan wanita tua itu memenuhi pelupuk mataku dan napasku menjadi sesak.

"Bagaimana rasa jantungku? Apakah enak?" bisiknya dengan suara parau wanita tua itu.

Tubuhku masih mematung saat kulihat sosok Daniel yang entah dari mana, kini menodongkan pistolnya ke arahku. Bukan hanya itu, ada Lorraine yang sudah membawa kepala serigala yang kutahu itu adalah Alan.

"Akan kubuat kematianmu sangat romantis," seringai Lorraine.

Daniel menarik pelatuknya dan peluru itu berhasil menembus kepalaku. Tubuhku ambruk seketika di bawah kaki nenek Farida. Sakitnya begitu nyata dan aku menggigil sekarat. Lorraine melempar kepala serigala itu padaku hingga wajah kami sejajar.

Bayangan Alan berkelebat dalam kepalaku dan kini tergantikan oleh kepala serigala dengan tatapan kosong. Air mataku menetes dalam diam dan rasa sakit kepala yang luar biasa.

ScarletWhere stories live. Discover now