Chapter 3 ❀ Forgiveness

4K 426 37
                                        

Seoul, Korea Selatan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Seoul, Korea Selatan

Tombol lampu Taeyong nyalakan, membuat ruangan yang semula gelap menjadi terang, sorot matanya yang lembut berputar ke setiap sudut, sampai menemukan beberapa kardus dan barang-barang usang lainnya yang tersusun rapi di dalam sana. Pria manis itu sempat terdiam beberapa saat di ambang pintu sembari memilin ujung kardigannya sebelum berjalan masuk ke gudang yang berada jauh di sisi belakang rumahnya.

Ruangan itu jarang dikunjungi, kerap dianggap tak ada oleh penghuni rumah mewah ini. Bahkan Sungchan tak pernah masuk ke gudang itu seumur hidupnya karena Taeyong melarangnya. Taeyong menyimpan segala kenangan dan rahasianya di sana. Kenangan buruk juga dukanya sejak bertahun-tahun lamanya yang ia sembunyikan dari anak bungsunya.

Dengan hati yang berdenyut tanda tak tenang, Taeyong berlutut di hadapan sebuah kotak kardus yang sudah berdebu dan terlapisi kain tipis. Perlahan, kotak tersebut ia buka, di dalamnya terdapat tumpukan baju bayi.

Ada dua pasang baju yang menarik perhatian Taeyong. Bermotif sama namun beda warna, ungu lilac dan biru muda, warna yang manis, namun tiap kali melihatnya dada Taeyong terasa tertusuk duri. Matanya pun berlinang, tercerminkan duka yang mendalam.

Salah satu baju yang berwarna biru muda, Taeyong raih untuk ia usap perlahan-lahan seolah tengah mengusap bayi yang pernah mengenakan baju itu beberapa tahun lalu,. Sepasang matanya yang bundar kini terdapat genangan air mata, yang mana disebabkan oleh ingatannya yang berputar pada kejadian 17 tahun lalu.

Tentang anaknya, yang bahkan umurnya masih belum sehari, yang bahkan masih belum bisa membuka mata, yang hanya tangisannya yang tersisa dalam ingatan. Bayi yang ia lahirkan di malam itu—di malam yang sama ia melahirkan Sungchan— namun belum sempat ia dekap dengan kedua tangan kini nyawanya terenggut paksa akibat perbuatan orang yang tak bertanggung jawab. Bagaimana mungkin Taeyong bisa merelakannya? Bagaimana hati Taeyong bisa tenang kala mengetahui si pembunuh bayinya tidak mendapatkan balasan setimpal dan malah melarikan diri?

Bayinya dibunuh di malam itu bagai mimpi buruk yang seolah menghancurkan tulang belulangnya. Bayangan orang itu masih berada dalam kepalanya meski sudah bertahun-tahun berlalu.

Taeyong masih tidak bisa merelakannya.

"Bayiku." Taeyong merintih pilu, mendekap baju bayi itu ke dadanya dengan erat, berharap bisa mendekapnya suatu saat. "Bayiku yang malang." Isak tangisnya lolos begitu saja. Taeyong tidak tahu apa yang salah dengan dirinya hari ini. Tiba-tiba ia membayangkan jika bayinya masih hidup, maka akan seusia Sungchan sekarang. Wajahnya pasti menyerupai Sungchan. Senyumannya pasti terlihat sama. Taeyong membayangkan bayinya yang sudah beranjak remaja memanggil namanya berulang kali. Bayangan-bayangan itulah yang membuat hati Taeyong teriris perih.

"Bubu."

Taeyong tidak bergerak dari tempatnya meski mendengar suara Jeno dari belakang. Meski begitu, ia mengusap air matanya sendiri dan berusaha menetralkan detak jantungnya yang semula tak normal. Derap langkah terdengar pelan, ia tahu anaknya, Jeno melangkah, mendekatinya. 

『 Twin's Missions 』 ✿ Jaeyong FamsWhere stories live. Discover now