Warning!
Lapak bxb, mpreg
Bagi yang tidak suka, bisa menyingkir ^^
➳ Ini kisah tentang Lee Sungchan dan Jung Beomgyu yang bertemu di suatu lomba olahraga mewakili sekolah mereka. Kemiripan wajah keduanya membuat geger satu tempat, benar-benar mirip...
К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.
Seoul, South Korea [ Time : Flashback, 9 years ago ]
Jung Minhyung, masih berusia 15 tahun dan saat itu ia baru saja sampai di gudang yang terletak cukup jauh dari gedung kelas sekolah, bersama Jeno yang mengekor di belakangnya, kelas 1 SMP. Jeno yang telah berganti dengan seragam olahraga tampak takut-takut melihat mimik wajah Minhyung yang datar sembari memegangi seragamnya yang kotor erat-erat. Mereka melihat ada sekitar enam orang yang sedang merokok, salah satunya memegangi tas Jeno, menentengnya dengan dua jari seperti tengah memegangi kantong plastik berisi sampah.
"Oh, induknya juga datang?"
Minhyung tahu anak yang mengejek itu bukan seusia Jeno, melainkan seusianya. Kakak kelas yang menyebalkan. "Kau yang mengunci Jeno di kamar mandi?"
Anak lelaki itu tertawa lebih keras kemudian menghempaskan tas Jeno ke tanah sehingga isinya berhamburan. "Kalau iya, kenapa? Kau ingin memukulku?" Ia maju, melemparkan rokoknya ke sisi Minhyung seolah tengah mengintimidasi. "Aku juga yang melemparinya dengan sampah karena dia panas mendapatkannya. Anak itu cocoknya menjadi tempat sampahku." Ia mendekat pada Minhyung yang tak bergeming di tempat, memberikan tatapan merendahkan dengan dagu yang terangkat sambil menunjuk pada Jeno dengan arogan.
Jujur saja, Minhyung yang mudah emosi jika menyangkut hal adiknya tidak bisa menerima dan langsung memberikan bogeman mentah pada anak tersebut hingga ia jatuh tersungkur. Jeno terkejut, begitu pula dengan teman-temannya yang lain, sebab pukulan Minhyung tidak terkira, sangat cepat dan tepat pada sasaran.
Anak itu mendesis tak terima mendapati sudut bibirnya seketika berdarah dan pipinya terasa ngilu bukan main. Merasa harga dirinya terinjak, ia bangun, diikuti teman-temannya yang lain. "Mau jadi sok jagoan, huh?" Ia memposisikan tinjunya di depan wajah, memberi gesture yang hendak memukul lawan.
Namun, Minhyung tak perlu berposisi sama, itu bisa membuat gerakannya terbaca saat hendak memukul. Ia hanya membutuhkan satu pukulan tepat di hidung dengan tangannya yang menggenggam seragam Jeno, dan anak itu langsung jatuh dengan posisi telak.
"Lihat, siapa yang sampah sekarang." Minhyung berjalan dengan tenang ke arah tas Jeno, mengutip setiap buku yang berserakan dan alat tulis untuk memasukkannya kembali. Ia tak ingin bertarung, ia tak mau Jeno mendapat masalah kalau ia mengikuti emosi dengan menghajar anak-anak sampah ini. Alhasil, Minhyung menenteng tas Jeno yang sudah dikancing lalu hendak pergi.
Akan tetapi, anak itu tidak mudah membiarkan Minhyung. Ia sudah dipermalukan dan sangat tidak terima akan kekalahan, karena itulah ia menendang Minhyung dari belakang hingga jatuh dalam posisi telungkup. Tak sampai disitu, punggungnya diinjak sebelum ia bisa bangun. "Tahan anak sampah itu!" perintahnya kepada teman-temannya.
Minhyung bergerak gelisah, namun tak hanya kaki, bobot tubuh anak itu berada di atas punggungnya. "Sialan," desis anak itu kesal. "Aku akan menghajarmu dan adikmu! Awas saja kau!" katanya. Lalu, ia menahan kepala belakang Minhyung dengan keras sampai menghantam tanah, meninggalkan seberkas luka dan noda di wajah.