Warning!
Lapak bxb, mpreg
Bagi yang tidak suka, bisa menyingkir ^^
➳ Ini kisah tentang Lee Sungchan dan Jung Beomgyu yang bertemu di suatu lomba olahraga mewakili sekolah mereka. Kemiripan wajah keduanya membuat geger satu tempat, benar-benar mirip...
Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.
Seoul, South Korea 17 years ago
"Saat itu, aku baru saja menidurkan Jeno dan sedang mencarimu. Aku takut ketika menyadari rumah sangat sepi. Aku mencarimu, tapi aku tidak sengaja mendengar percakapan Papa dan Sejun."
"Aku menemukanmu!"
Jeno tertawa riang manakala suara sang Kakak memasuki indera pendengar, bersamaan dengan pintu lemari terbuka, menampilkan sosok lelaki yang lebih tua darinya itu berdiri sambil tersenyum merasa menang. "Hanya Kakak yang selalu berhasil menemukanku," ujarnya sembari berpura-pura kesal, meski begitu ia tetap tidak menolak saat Minhyung—kakak satu-satunya—memeluknya dan mengangkatnya guna mengeluarkannya dari lemari; tempat persembunyiannya selama beberapa menit terakhir.
Minhyung membalas dengan kekehan. "Tentu, aku Kakakmu. Aku akan selalu menemukanmu di mana pun kau berada," ucapnya. Usai mengeluarkan Jeno yang masih berusia 5 tahun itu dari lemari pakaian mereka, ia membenahi rambut adiknya yang tampak berantakan. "Aku punya sesuatu untukmu."
Setelah berujar demikian, Minhyung mengajak Jeno ke kamar mereka, dan meminta adiknya untuk duduk di atas kasur, sementara dirinya membuka sebuah kotak yang sengaja disembunyikan di bawah kolong tempat tidur mereka. Setelah menemukan benda yang dimaksudkan, Minhyung naik ke kasur, duduk menghadap Jeno sembari menujukkan sebuah kantung.
"Woah, kelereng!" Jeno melebarkan senyumnya tanda senang mendapati hadiah pemberian dari kakaknya. "Ini semua untukku?" tanyanya merujuk pada beberapa butiran kelereng yang disimpan di kantung tersebut.
Minhyung menganggukkan kepalanya, "Ini pemberian Papa," bisiknya pelan-pelan agar tidak ada yang mendengarkan, padahal ia berbohong. Kelereng itu ia sendiri yang beli dengan uangnya agar Jeno tidak sering murung. "Papa juga menitipkan ciuman untukmu." Minhyung pun mendekatkan wajahnya, mencium kening Jeno dalam waktu beberapa detik, menyalurkan kasih sayangnya. Entah sejak kapan, ia mulai bisa berbohong.
Kesenangannya berlipat ganda hingga Jeno melebarkan senyum dan matanya berubah menjadi segaris ketika mendapat bentuk afeksi dari orang yang sangat disayanginya. Ia terkikik dengan bahu kecilnya yang bergetar.
"Sudah waktunya tidur siang," kata Minhyung kemudian.
"Owh ..." Ekspresi senang itu luntur seketika dari wajah Jeno, tergantikan ekspresi kesal dan merajuk. Ia pun menundukkan kepalanya, dan Minhyung menampilkan senyum jahil. "Tidak mau tidur siang."
"Aku akan memberikanmu es krim coklat nanti," ucap Minhyung.
Wajah Jeno langsung menegak, menampilkan matanya yang berbinar cerah mendengar cemilan favoritnya. "Janji?"
"Janji." Minhyung mengiyakan, sekali lagi ia tertawa. Ya, tidak ada salahnya mengajak Jeno pergi makan es krim nanti sore. Ia punya uang yang cukup, pikirnya. Anak kecil berusia 7 tahun itu lantas menidurkan Jeno dan membawakan bantal kecil untuk dipeluk adiknya.