Warning!
Lapak bxb, mpreg
Bagi yang tidak suka, bisa menyingkir ^^
➳ Ini kisah tentang Lee Sungchan dan Jung Beomgyu yang bertemu di suatu lomba olahraga mewakili sekolah mereka. Kemiripan wajah keduanya membuat geger satu tempat, benar-benar mirip...
Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou mettre en ligne une autre image.
Tokyo, Japan
"Apa yang sedang kau lihat?"
Sungchan tersenyum menanggapi ucapan Shotaro dan memberikan ponsel yang ia genggam mendekat ke pemuda di sebelahnya. Itu ponsel milik Beomgyu yang ia pegang, wallpaper-nya adalah foto pernikahan orangtua mereka. Lucu sekali.
Shotaro ikut tersenyum. "Apa kau gugup?"
"Lumayan," jawab Sungchan jujur.
"Tidak apa-apa. Paman Jung orang yang sangat baik."
"Ini lebih sulit dari dugaanku." Sungchan menghela napas panjang, memberi jeda. "Seumur hidup, aku menganggapnya orang jahat dan sekarang aku akan melihatnya untuk pertama kali. Membayangkannya saja sudah membuatku ingin menangis." Di akhir kalimatnya Sungchan terkekeh parau sambil mengusap kedua matanya yang mulai berair. Mengetahui hal itu, Shotaro mengelus punggung saudara temannya itu dengan perlahan, berharap bisa memperbaiki suasana hatinya.
"Semuanya akan baik-baik saja," bisik Shotaro lembut.
Begitu pesawat mendarat, mereka langsung saja turun sesuai dengan arahan. Sungchan yang turun paling akhir pun mendapati teman-teman Beomgyu sudah bertemu dengan keluarga masing-masing. Ia pun mengedarkan pandangan ke arah lain, mencoba mencari keberadaan pria bernama lengkap Jung Jaehyun itu.
"Beomie!"
Sungchan menoleh dan terpaku untuk beberapa saat. Itu dia. Jung Jaehyun, ayah kandungnya benar-benar berdiri di sana, dengan setelan kemeja dan rambut keritingnya yang sedikit berantakan, melambaikan tangan padanya dengan semangat. Oh, jangan lupakan wajahnya yang sumringah. Sungchan masih belum bergerak manakala pria itu tersenyum lebar sembari mendekatinya. Anak itu merasakan hatinya yang membeku mulai mencair melihat wajah berseri Jaehyun. Sebahagia itukah ...?
"Papa ..." Belum sampai Jaehyun mendekatinya, Sungchan sudah berlari lebih dulu menggapainya. Seperti anak kecil yang tak bisa melihat orangtuanya, Sungchan memeluk leher Jaehyun begitu eratnya dengan wajah yang berhiaskan air mata. Jaehyun tidak sejahat yang ia kira. Jaehyun bukan manusia licik seperti yang dikatakan kakeknya. Dia ... hanya seorang Ayah biasa yang sejatinya selalu merindukan anak-anaknya. Dia hanya pria biasa dengan pelukan hangat seperti seorang Ayah pada umumnya.
Jaehyun tertawa, tak mencurigai anak yang ia peluk sebenarnya tengah menangis. Ia membalas pelukan anaknya tak kalah erat. "Untunglah, Papa tidak terlambat. Beomie tahu semuanya jadi berantakan sejak Beomie tidak di rumah." Saat ia hendak melepas pelukan, Sungchan menolak untuk menjauh. Lengan anak itu kian mengerat kemudian menggelengkan kepala.
"Sebentar saja, aku mohon," pinta Sungchan putus asa. Ia hanya butuh waktu lebih untuk meyakinkan hatinya kalau semua ini bukan mimpi. Sentuhan yang tak pernah Sungchan rasakan, kehangatan yang asing itu menyapa setiap kulitnya tanpa permisi dan tersalurkan hingga ke saluran nadi. Sungchan tak tahu mengapa ia tak bisa menolak mengingat ia menghabiskan seumur hidupnya untuk membenci pria yang di hadapannya. Tapi, semua kebencian itu lenyap begitu saja. Sungchan berucap dalam hati dan seolah kembali ke usia 5 tahun, di mana dirinya yang selalu berpikiran polos dan naif, merindukan sang Papa tiap detik hingga selalu menangis tiap malam.