Chapter 29

459 86 38
                                    

Kami menikmati indahnya malam seraya menyantap barbeque. Tenang, Aimin dan adiknya sudah diamankan terlebih dahulu biar tidak menganggu indahnya malam di depan rumah yang eksotis.

Karena tidak punya banyak waktu dan budget, akhirnya bakar-bakar di depan rumah. Kurasa not bad lah. Aku memang bukan tipikal yang suka makan di restoran dan dilihat banyak orang. Bisa punya waktu quality time begini aja, syukurnya udah tak terhingga.

Di depan kami sudah ada nasi panas dan ayam bakar yang hampir gosong hasil karyaku. Juga, ikan bakar hasil cipta bang Zulfan yang tampaknya sangat menggugah selera.

Ponsel masing-masing dipinggirkan, lalu duduk dengan sopan di depan meja.

"Bang."

"Sayang."

Kami membuka suara secara bersamaan tanpa disengaja, tanpa latihan paduan suara sebelumnya. Kemudian saling lempar rasa heran di dalam dada.

"Aku mau ngomong."

"Abang nak cakap something."

Lagi-lagi kami berbarengan. Membuatku meluncurkan tawa. Ini lagi kenapa sih?

"Ya udah Abang duluan," ucapku.

"Tak, takpe. Awak dulu," tolaknya.

"Aku mau bilang sebuah berita bahagia,"

"Apa dia? Study awak dah habis?"

"Ya belumlah, baru aja berjalan,"

"Lepas tu? Ohh, awak pregnant lagi eh?"

"Kagak. Emangnya itu berita bahagia buat aku?"

"So, apa dia?"

"Kemarin itu, ..."

Suara tangisan Aimin dapat terdengar dari kejauhan. Malam ini sementara dia tidur di kamar kami bersama adiknya. Berhubung mak dan bapaknya ingin merayakan hari pernikahan secara tiba-tiba.

Bang Zulfan lantas berlari sebelum tangisan anak gadisnya semakin mengaum. Aku hanya menghela napas lalu meraih ponselku. Membuka instagram, kemudian mengabadikan gambar di atas meja menggunakan sebuah filter pilihan dari sana.

Tiba-tiba ponsel bang Zulfan berdenting, membuatku penasaran.

Aku menekan angka tanggal lahir bang Zulfan untuk bisa membuka layar ponsel. Lalu membuka whatsapp miliknya.

Nursyafiqah

Tq dah belanja Sya handbag cantik. Lawanya!

Kemudian masuk kembali pesan, sebuah foto tas yang dimaksud.

Bang Zulfan terlalu baik atau bagaimana, sampai membeli perempuan lain tas baru?

Aku penasaran dan membuka media dari roomchat mereka. Tampak beberapa foto dan video yang pernah mereka kirimkan di WhatsApp.

Mataku melotot ketika mendapati sebuah foto selfie yang menampilkan bang Zulfan dan Nursya seperti berpelukan. Foto itu mirip seperti di sebuah pusat perbelanjaan.

Tunggu tunggu, sejak kapan Nursya keluar dari jeruji besi itu, kenapa aku tidak tahu? Lalu sekarang dia malah jalan-jalan dengan suamiku dan membeli tas baru?

Selama ini aku dilarang ke mana-mana, bang Zulfan juga bilang terlalu sibuk sampai untuk makan malam romantis saja harus dilakukan di rumah sendiri.

Aku menarik taplak meja dengan kasar, hingga semua makanan itu berjatuhan ke atas rumput halaman. Aku sudah hilang rasa lapar.

DEAR, HEART! ✔Where stories live. Discover now