2. Anggota Baru

138 17 0
                                    

Oik menghela napas panjang. Ini sudah yang ke sekian kalinya ia mendapat telepon dari wali kelas anak bungsunya itu.

"Ada apa?" tanya Cakka saat melihat ekspresi wajah istrinya. "Vando buat ulah lagi?"

Oik mengangguk lalu duduk di samping suaminya. Hari ini Cakka memutuskan pulang sebelum anak-anaknya berada di rumah. Cakka rindu bermanja dengan istrinya.

"Aku bingung," ungkap Oik. "Kenapa Vando selalu merusak mading sekolah yah?"

"Itu lagi?" Cakka takjub dengan anaknya yang satu itu. "Terus rencana kamu apa?"

Oik tersenyum tipis. "Aku bakal masukkan Vando ke eskul mading mulai besok."

"Kalau Vando gak mau gimana?" Cakka tak yakin dengan rencana istrinya. Dia sangat tau tabiat anak bungsunya.

"Pasti mau kalau aku yang perintahkan."

Oh, Cakka lupa satu fakta itu. Fakta bahwa tak ada yang berani membantah perintah istrinya itu termasuk dirinya.

"Aku pulangggg!" teriak Vando saat memasuki rumah. "Loh Ayah udah pulang?"

"Kalau belum, mana mungkin Ayah ada di sini!" sahut Cakka.

Vando terkekeh lalu duduk si samping Cakka.

"Dari sekian banyak sofa yang ada, kenapa kamu malah duduk di sini? Sempit tau!" seru Cakka. "Kamu berkelahi lagi?"

Vando menggeleng cepat.

"Terus ini kenapa?" Cakka menekan warna kebiruan di pipi Vando.

Vando meringis. Pukulan Ara ternyata lumayan juga. "Oh ini, tadi abis kena tinju sama ketua mading."

"Udah kamu balas pukul lagi? Auww, sakit, Sayang!" seru Cakka saat Oik memukul pahanya.

"Jelaslah kamu dipukul! Orang kamu suka merusak mading mereka!" ketus Oik.

Vando tertawa. "Benar kata Bunda. Lagian mana mungkin aku bales mukul cewek."

"Ketua madingnya cewek?" Vando mengangguk membuat Cakka tak percaya.

"Bunda malah berharap tangan kamu dipatahin," kata Oik dengan entengnya.

Cakka bergidik mendengarnya. Walau Oik selalu memanjakan anak-anaknya, tapi percaya deh dia bisa menjadi sangat sadis sewaktu-waktu.

"Itu kejam Bunda! Masa do'ainnya jelek gitu!" gerutu Vando. Kalau tangannya dipatahkan, bagaimana ia bisa merusak mading lagi nanti? Merusak mading kan sudah menjadi kesenangannya.

"Mending kamu ganti pakaian sana!" perintah Oik.

"Aye, aye, Captain!" Vando pun bangkit lalu melangkah ke kamar.

***

"Pagi, Bunda! Pagi, Ayah!" sapa Vando lalu mencium pipi Cakka dan Oik seperti biasanya.

"Pagi juga, Sayang," balas mereka.

"Jadi cuma Bunda sama Ayah doang nih yang disapa?" Oca mendengus.

Vando tertawa mendengar dengusan kakak kembarnya itu. "Pagi Kak Oca, Kak Difa."

"Pagi juga Adikku tersayang." Oca tersenyum lembut. "Jadi mau disuapin sama Kakak apa Bunda pagi ini?"

"Sama Kakak aja!" seru Vando dengan semangat. "Nanti Ayah cemburu."

"Kadang aku gak percaya kalau kamu udah kelas Xl," cibir Difa pada Vando. "Apa jadinya anak-anak sekolah kamu tau kalau biang rusuh sekolah mereka makan aja masih disuapin!"

Vando cuek mendengar cibiran kakaknya yang satu itu. Mulut Kak Difa itu mirip dengan Bunda, jadi Vando biasa saja mendengarnya. Ia tetap menguyah sarapan dengan santainya. "Biarin aja! Lagian mana ada yang gak terpesona sama aku."

My Sweet Troublemaker #2Where stories live. Discover now