Extra Part: Bukan Akhirnya

78 4 2
                                    

Vando memijit pelipisnya, menatap deretan kertas-kertas laporan yang berada di tangannya. Emosinya sudah benar-benar di puncak kepala. Dengan kesal, ia melempar kertas-kertas itu ke atas meja kerjanya. Ia menyandarkan punggungnya ke kursi. Matanya terpejam, mencoba meredakan emosi yang menyelimutinya. Sudah beberapa hari ini ia tak bertemu dengan gadisnya. Kesibukannya di kantor benar-benar menyita waktunya, membuat ia pulang larut malam tanpa sempat mengunjungi gadisnya. Gadisnya pun saat ini sedang sibuk dengan skripsi. Vando kembali membuka matanya. Ia menghembuskan napas lelah. Ia benar-benar ingin sekali bertemu dengan gadisnya, tapi kerjaan di kantor benar-benar tak bisa ditinggalkan, membuatnya emosi. Tak hanya itu, hari ini pun karyawannya benar-benar membuatnya emosi karena membuat laporan yang hancur dan berantakan. Setelah selesai mengirim pesan ke gadisnya untuk ke kantor, Vando pun bangkit. Ia ingin sekali mendamprat seseorang saat ini dan sepertinya ia tahu kepada siapa ia meluapkan emosinya.

***

Ara berjalan cepat menyusuri lorong kampus. Pasti kalian bingung kenapa ia sendiri, karena biasanya ada seorang lelaki lebay yang selalu mengikutinya ke mana-mana. Jawabannya karena Alien sinting itu sudah lulus lebih dahulu dan sudah berkerja saat ini. Alien sinting itu berhasil menyelesaikan kuliahnya hanya 2 tahun setengah, dan setahun untuk S2. Ara tak bisa membayangkan betapa encernya otak si Alien sinting itu. Ia bahkan butuh perjuangan untuk mendapatkan acc skripsi dari dosennya. Ia bahkan baru menyelesaikan skripsinya dan baru sidang minggu depan.

Ara menambah kecepatan langkahnya. Si Alien sinting itu tadi memintanya untuk datang ke kantor. Sebenarnya ia malas, bahkan bisa di bilang ini akan jadi yang pertama kalinya ia datang ke kantor Alien sinting itu.

Ara menyetop taksi. Setelah sampai ia langsung masuk ke dalam kantor Vando. Dengan malas ia menghampiri Resepsionis.

"Ada yang bisa saya bantu?" ketus Resepsionis itu.

"Saya mau ketemu sama Pak Vando," dengus Ara.

"Apa anda sudah buat janji?"

Ara mengangguk. Dengan tak rela, Resepsionis itu membiarkan Ara melanjutkan langkahnya. Ara gusar menunggu lift yang tidak terbuka juga. Ia tak mau buang-buang tenaga dengan menaiki tangga. Kalau pintu lift bisa didobrak, sudah ia dobrak dari tadi. Setelah pintu lift terbuka, Ara langsung masuk lalu menekan tombol nomor di mana ruangan Alien sinting itu berada.

Setelah sampai ia langsung menuju ruangan si Alien sinting itu. Ara menghembuskan napas kesal. Ia harus bertanya lagi dengan seorang wanita yang menjadi Sekretaris Vando. Astaga! Apakah untuk bertemu dengan Alien sinting itu ia harus bertanya dengan beberapa orang? Ara mendengus. Dengan malas ia menghampiri Sekretaris Vando. Ara mengerutkan dahinya saat melihat pakaian kantor yang dipakai Sekretaris Vando, rok span pendek dan kemeja kantor ketat dengan belahan dada rendah, lalu ia pun membandingkan dengan dirinya yang hanya menggunakan jins belel, kaos, dan sepatu Nike.

"Pak Vando ada?" tanya Ara saat sudah berada di hadapan Sekretaris itu yang sedang sibuk membereskan berkas-berkas.

"Oh, calon pacar saya lagi gak ada," ketus Sekretaris itu tanpa menatap Ara

Ara kembali mendengus. Calon pacar? Sepertinya ia tidak bertanya calon pacar Sekretaris itu.

"Maaf, yang saya tanya itu Pak Vando bukan calon pacar anda," kata Ara sabar. Mungkin nanti setelah bertemu Vando, ia bisa meninju Alien sinting itu karena membuatnya dongkol menghadapi karyawannya.

Sekretaris itu mendongak, menatap Ara sebal. "Kan sudah saya bilang calon pacar saya sedang tidak ada di ruangan!"

"Calon pacar?" ulang Ara.

"Iya calon pacar! Pak Vando itu kan calon pacar saya!" ketus Sekretaris itu.

Ara ngakak membuat Sekretaris itu menatapnya sewot.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 21, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

My Sweet Troublemaker #2Where stories live. Discover now