21. Horor

73 8 0
                                    

"Satu, dua, lariiii!!" Ardo dan Ara pun berlari kabur meninggalkan mereka bertiga yang terbengong karena teriakan Ardo tadi.

"Woy! Pacar gue tuh! Jangan dibawa kaburrrr!!" teriak Vando sambil berlari mengejar Ara dan Ardo.

"Kampreettt!! Siomay gue jangan dibawa kabur lagi, Nyet! Baru beli tuh!!"

Ray melongo saat Vando dan Bima ikut berlari meninggalkannya. "Kaliaaan zaahaapp!! Tunggu eiykee cyiiinnnnn!!"

Buntu!!

Ara dan Ardo salah jalan. Mereka mengambil jalan yang menuju belakang sekolah dan jalannya buntu, hanya ada tembok yang mengelilingi. Dengan gerakan pelan, mereka berbalik lalu tersenyum kikuk saat melihat Vando, Ray, dan Bima menatap mereka garang. Ardo mengambil sapu tangannya yang berwarna putih, yang berada di saku celananya lalu mengibarkannya. Ara mendengus kencang. Pantas saja mereka bisa berteman!

"Balikin Nona gue!" seru Vando jengkel sambil melipat kedua tangannya.

"Balikin siomay gue!" seru Bima juga. Siapa sih yang gak sebal, kalau udah dua kali beli siomay, tapi malah dibawa kabur mulu? Dimakan aja belum!

"Terus gue minta balikin apa?" Ray mengerjap bingung. "Ini gak adil!" seru Ray kencang lalu memberi Ara handphone miliknya, membuat Ara, Vando, Ardo, dan Bima mengernyit bingung.

"Balikin hape gue!" seru Ray membuat mereka berempat melongo.

Oke! Siapa pun tolong keluarkan Ara dari sini! Ia menyerah! Ia bingung bagaimana otak teman-teman si Alien Sinting itu bekerja. Berurusan dengan Vando saja ia harus menyediakan banyak stok kesabaran, apalagi ia harus berurusan dengan ketiga teman si Alien yang sama sintingnya juga. Bahkan Ardo yang terlihat kalem dan waras pun tidak ada bedanya. Dengan jengkel Ara mengembalikan handphone milik Ray tepat bel masuk berbunyi. Ia tak pernah merasa bersyukur seperti ini saat mendengar bel masuk yang menandakan istirahat telah usai itu berdering.

"Tuh kan udah bel!" protes Bima lalu merebut siomay miliknya dari tangan Ardo.

"Nona, mau ke mana?" tanya Vando saat mengikuti gadisnya yang melenggang pergi.

"Ke kelas!" ketus Ara sambil tetap melangkah dan berusaha mengabaikan Vando dan ketiga temannya yang juga mengikutinya dari belakang.

Vando pun kembali ke kelasnya setelah memastikan gadisnya selamat sampai di kelas. Berlebihan? Memang! Ia hanya tak ingin lengah seperti tadi pagi. Yang namanya musuhkan bisa di mana saja! Bahkan terkadang bisa menyamar jadi orang terdekat di sekitar kita. Setelah sampai, ia pun langsung duduk di bangkunya.

"Gue dengar, tadi pagi lo katanya berantem sama Ara di depan sekolah?" kata Ardo yang duduk di sebelahnya.

Vando menengok lalu menggeleng.

"Terus ada yang bilang juga, lo hampir aja ditabrak motor," kata Ardo lagi.

"LAGI??" seru Bima dan Ray yang duduk di depan mereka berbarengan saat mendengar ucapan Ardo.

Vando membatu lalu menghela napas gusar, sementara ketiga temannya menatap dirinya menuntut penjelasan. Baru saja ia ingin membuka suara, Bu Ika masuk ke dalam kelas. Ia kembali menghela napas, bukan karena gusar, tapi karena lega, ia tak harus membahas masalah itu.

"Baik, anak-anak, kumpulkan tugas cerpen kalian sekarang! Ibu mau periksa!" perintah Bu Ika.

Minggu lalu Bu Ika memberi mereka tugas membuat cerpen bergenre horor. Mereka pun maju satu persatu untuk mengumpulkan tugas masing-masing. Setelah semuanya terkumpul Bu Ika langsung memeriksanya. Dahi Bu Ika mengerut. Sesekali Bu Ika memijit pelipisnya. Oh, apalagi punya empat sekawan itu. Siapa lagi kalau bukan Vando dkk. Ini dia versi horor menurut mereka.

My Sweet Troublemaker #2Where stories live. Discover now