13. Sakit

89 14 9
                                    

Ara menghempaskan tubuhnya ke atas kasur miliknya setelah ia mengganti seragam sekolahnya dengan pakaian rumah. Ia telah pulang kemarin malam dari liburan dadakan yang diadakan Ayah si Alien. Tadinya ia ingin meminta jemput oleh sang papa, tapi si Alien Sinting itu keukeuh ingin mengantarnya pulang. Ara pun mendengus saat mengingatnya. Apalagi saat mereka belanja untuk oleh-oleh. Dengan tidak tau malunya si Alien norak itu membeli semua barang couple dan memaksa ia untuk memakainya. Jadilah Ara pulang dengan tambahan koper untuk barang-barang yang Vando beli untuknya.

Ara menghembuskan napas lelah. Ia baru saja pulang sekolah saat hari menjelang sore. Tadi pagi ia bangun kesiangan karena kecapekan. Papanya pun tak sempat membangunkannya karena ada rapat dadakan pagi tadi. Ia pun berhasil di buat kelabakan pagi-pagi. Baru kali ini ia bersyukur si Alien menjemputnya dengan membawa sepeda motor.

Tubuh Ara bukan hanya lelah karena kemarin, tapi juga karena hari ini begitu banyak tugas yang harus ia selesaikan. Harusnya ia mengerjakan tugasnya sewaktu libur sekolah, tapi kalian tahu sendirikan waktu libur kemarin apa yang terjadi? Teman-temannya pun menuntutnya menceritakan apa saja yang terjadi di Lombok kemarin dan membuat ia semakin lama mengerjakan tugasnya. Dengan terpaksa dan sedikit gerutuan, ia pun menceritakannya walau hanya sebagian. Kalau tidak, ia yakin teman-temannya akan menerornya dengan pertanyaan yang sama terus menerus.

Bahkan tadi saat istirahat ia menolak ajakan si Alien untuk ke kantin dan menunjukan kertas-kertas dan buku yang berserakan di atas mejanya. Tanpa kata si Alien pun keluar dari kelasnya entah ke mana, ia tak peduli. Ia hanya merutuki teman-temannya yang malah lebih memilih meninggalkannya ke kantin dari pada menemaninya di kelas. Tak lama kemudian si Alien datang kembali dengan sebungkus roti dan sebotol air mineral. Ia kembali mendengus mengingat perkataan si Alien tadi.

"Makan dulu, Nona, lo juga butuh tenaga buat ngerjain tugas-tugas itu!"

Ara bahkan tadi tak membantah. Ia tak punya cukup waktu dan tenaga untuk berdebat dengan Vando. Ia pun memakan roti yang di belikan si Alien. Ia sadar perutnya meminta untuk diisi karena tadi pagi ia tak sempat sarapan. Tak banyak perdebatan yang terjadi tadi di sekolah antara ia dengan si Alien karena ia terlalu sibuk dengan tugas-tugasnya.

Ara pun mengingat apa yang paling membuatnya lelah hari ini yaitu, saat jam pelajaran olahraga tadi siang. Ia dan murid-murid dari kelasnya disuruh berlari dua kali putaran mengitari lapangan sepak bola yang termasuk lapangan paling luas di sekolahnya. Tak hanya itu, jam pulang sekolah pun tadi ia masih ada rapat dengan pengurus OSIS. Untungnya si Alien berbaik hati menunggunya hingga ia selesai rapat. Kesibukannya hari ini benar-benar mengurangi frekuensinya bertengkar dengan si Alien. Mendadak ia menjadi kangen berdebat dengan si Alien Sinting itu.

Sekarang di sinilah ia. Terlentang di atas kasurnya yang terasa sangat nyaman baginya. Ia meringis saat merasakan nyeri di perutnya. Mendadak tubuhnya seperti remuk karena capek. Rasanya ia ingin menangis bila tubuhnya sudah seperti ini. Ia pun mencoba memejamkan matanya untuk mengistirahatkan otot dan juga otaknya. Hingga akhirnya ia pun tertidur tanpa sadar.

Hari telah menjelang malam dan Agra baru saja sampai di rumah. Dilihatnya rumah yang tampak sepi. Ia pun langsung masuk dan tak mendapati siapapun di ruang keluarga. Biasanya putrinya selalu menunggunya sambil menonton TV dan akhirnya terlelap. Ia pun bergegas menuju kamar putrinya. Dengan perlahan dibukanya pintu kamar putrinya yang tidak terkunci. Ternyata putrinya sudah tidur. Ia pun menutup kembali pintu kamar putrinya lalu pergi menuju kamarnya.

***

"Nak, bangun, Sayang!" Agra menguncang tubuh putrinya yang tak kunjung bangun juga. "Bangun, Sayang! Nanti kamu kesiangan!"

Merasa terusik, Ara pun berusaha membuka matanya.

"Mandi gih! Terus siap-siap lalu sarapan. Papa tunggu di meja makan," kata Agra lalu keluar dari kamar putrinya.

My Sweet Troublemaker #2Where stories live. Discover now