30. Superman

27 3 0
                                    

"Gue juga sayang sama lo, Nona."

Mata Ara langsung terbelak. Apakah ia berhalusinasi mendengar suara ia rindukan?

"Kok malah bengong sih, Nona? Yaudah deh gue tidur lagi."

Ara menatap Vando tak percaya. "Lo udah--.?" Ara tak sanggup lagi berkata. Ia pun langsung memeluk Vando. Ada perasaan lega dan bahagia yang bergejolak di hatinya. "Jangan buat gue takut lagi, Alien!"

"Lo gak perlu takut, Nona, gue di sini," kata Vando sambil mengusap lembut rambut gadisnya.

Ara memejamkan mata merasakan usapan Vando di kepalanya. Matanya kembali terbelak saat menyadari sesuatu. Ia pun melepas pelukannya.

"Sejak kapan lo sadar, Alien?" tanya Ara curiga, karena Alien sinting itu bukan seperti orang yang baru sadar.

"Sejak lo nangis sambil bilang, 'gue kangen sama lo, Alien, hiks, hiks, bangun dong Alien, hiks, lo gak kangen apa buat gue marah-marah? Hiks, hiks,'" jawab Vando sambil menirukan tangis gadisnya tadi. Ekspresinya malah terlihat konyol.

Wajah Ara memanas. Jadi, sejak ia masuk, Alien sinting itu telah sadar? Karena kesal ia pun memukul kencang lengan Vando tanpa sadar.

"Aduh! Sakit, Nona," ringis Vando.

"Sory, Sory, gue gak sengaja, Alien," kata Ara panik. "Lo sih bikin kesel."

Vando tertawa. Gadisnya terlihat sangat lucu sekarang.

"Kok lo malah ketawa sih? Emangnya ada yang lucu apa? Lo gak tau apa kalau gue panik! Kalau lo kenapa-kenapa gimana hah?! Emangnye belum puas bikin gue takut? Kok lo malah kayak Marsha sih! Nyebelin banget! Lo itu emang--," omelan Ara terhenti saat Vando menarik tubuhnya ke dalam dekapannya.

"Makasih, Nona, karena udah khawatir sama gue," ucap Vando lembut. Dihirupnya aroma rambut gadisnya.

"Gue takut, Alien," gumam Ara. Ditenggelamkan wajahnya dalam pelukan Vando.

"Jangan takut, Nona, gue di sini. Gue gak akan pernah ninggalin lo, Nona." Vando mengeratkan pelukannya.

"Gue sayang sama lo, Alien."

"Lo dunia dan nyawa gue, Nona."

"Ada apa ini?" tanya Cakka bingung saat baru saja masuk ke dalam ruang rawat anaknya.

Ara langsung melepas pelukan Vando. Wajanya menunduk malu.

"Aduh! Sakit, Sayang! Kok aku dicubit sih?" protes Cakka sambil mengusap lengannya yang terasa perih itu.

"Kamu ganggu!" kata Oik sebal.

"Tau! Ayah ganggu aja!" gerutu Vando.

"Harusnya kamu berterimah kasih sama Ayah, karena Ayah menghindarkan kamu dari perbuatan yang iya-iya," sahut Cakka. Wajar dong kalau ia bertanya. Ia kan bingung pas masuk anaknya sedang berpelukan, sementara Oca dan Arsa diam saja. Bahayakan kalau setan sampai berhasil merayu!

"Perbuatan yang iya-iya itu kayak gimana sih, Yah? Emangnya kita mau ngapain!"

Cakka menggaruk tengkuknya. Ia tersenyum konyol saat mendapati tatapan tajam dari istrinya.

"Pikiran kamu harus direndam pakai diterjen itu kayaknya," kata Oik tajam.

"Berani kotor itu kan baik," gumam Cakka lalu langsung menutup mulutnya. Ia keceplosan. Ia panik saat istrinya menatapnya tajam. "Gak bermaksud apa-apa kok, Sayang, sumpah!"

Oik menghela napas panjang. "Jangan dengarkan Ayah kamu itu," kata Oik. Diusapnya lembut kepala anak bungsunya. "Gimana keadaan kamu sekarang, Sayang?"

"Baik-baik aja kok, Bun," jawab Vando. Sekarang ia memang merasa lebih baik, bahkan sangat baik. Ia ingin sekali cepat-cepat keluar rumah sakit dan kembali beraktivitas seperti biasanya.

My Sweet Troublemaker #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang