20. Wattpad

63 8 0
                                    

Ara melirik Vando yang tiba-tiba terdiam dari di angkot tadi hingga turun. Bahkan Vando menyebrang mendahuluinya dengan tatapan kosong. Mata Ara melotot saat melihat sebuah motor melaju kencang ke arah Vando.

"ALIEN AWASS!"

Ara langsung menarik Vando mundur, tepat motor itu mendekat. Motor itu berhenti tak jauh dari mereka. Si pengendara menengok sekilas lalu menggas motornya kembali dengan kencang. Oh, Ara sepertinya tau siapa pengendara itu!

"Lo gakpapa, Nona? Gak ada yang luka kan?" tanya Vando saat tersadar lalu memastikan tubuh Ara tak lecet sedikit pun

Ara melayangkan tinjunya ke wajah Vando. "Harusnya gue yang nanya itu, Alien! Bukan lo!" pekik Ara. "Lo kenapa sih hah?!"

"Maaf, Nona." Vando menunduk sesal. "Tadi firasat gue tiba-tiba gak enak, gue bingung, gue terlalu fokus mikirin itu."

"Ini udah gak bisa di biarkan, Alien! Gak bisa!"

"Jangan bahas ini, Nona, please!" Vando menatap Ara dengan raut wajah memohon.

Ara menggeleng tegas. "Sampai kapan hah? Sampai kapan lo mau bersikap begini? Kalau tadi gue yang jalan duluan gimana? Sedangkan lo'nya aja asik bengong! Atau gak dia berhasil celakain lo tadi? Lo bisa bayangin gimana Bunda lo gak, Alien? Keluarga lo? Sampai kapan lo nyalahin diri lo atas kematian Aldo dengan cara pasrah pas si brengsek Aldi mau celakain lo hah? Itu takdir, Alien! Lo gak bisa ngubahnya! Gak bisa! Kalau lo kayak gini terus, sama aja lo sia-siain perjuangan Aldo buat ngelindungin lo, Alien! Aldo pasti kecewa banget sama lo, kalau lo terus kayak gini!"

"Terus gue harus gimana, Nona? Gimana?" Vando berteriak frustasi. Dia sendiri tidak tau harus berbuat apa! Aldi kembaran Aldo, tak mungkin ia mengotori tanganya sendiri dengan menghabisi kembaran dari orang yang pernah melindunginya.

"Pasti ada cara, Alien, buat Aldi sadar dan berhenti nyalahin lo atas kematian Aldo," gumam Ara. Ia sendiri bingung. Tak mungkin mereka melaporkan Aldi ke polisi, bukti-bukti belum ada dan urusannya bisa semakin panjang, tapi kalau didiamkan terus, Aldi pasti makin menjadi. "Buat sekarang lo jangan lengah, Alien! Jangan kayak tadi!"

"Maafin gue, Nona," sesal Vando. Ia menghela napasnya. Gadisnya benar. Gimana kalau tadi yang ditabrak Aldi malah gadisnya? Dia tak boleh lengah, Aldi pasti akan merencanakan sesuatu setelah ini.

"Gu-gue takut, Alien, gak tau kenapa. Gue benar-benar takut kalau motor tadi sampai nabrak lo." Ara menundukan wajahnya. Jantungnya masih berdegub kencang. Ara terkekeh saat setetes air mata jatuh dari pelupuk matanya. "Hehehe, ini keluar sendiri loh, Alien "

"Jangan nangis, Nona, kan gue gak papa." Vando menangkup pipi Ara lalu menghapus air mata yang membasahi pipi gadisnya. "Udah dong nangisnya, nanti gue ikutan mewek loh Nona."

Ara mendengus lalu menatap sekelilingnya yang ternyata telah di penuhi murid-murid dari sekolahnya juga. "APA LIAT-LIAT? GAK PERNAH LIAT ADEGAN ROMANTIS KALIAN? SANA BUBAR!!"

Mereka pun langsung bubar. Tak ada yang berani protes. Bisa gawat urusannya.

Vando tersenyum. Bagaimana pun Ara tetaplah Ara, gadis galaknya.

***

"Baik anak-anak, ada yang bisa bacakan puisi Chairil Anwar yang judulnya 'Aku'?" tanya Bu Ika membuyarkan lamunan Ara. Kejadian tadi masih membekas di memorinya. Kalau baginya, Vando tetaplah Vando, si Alien Sinting yang menyebalkan. Ia menyesal sampai menangis tadi, kalau tau Vando akan menggodanya. Bahkan si Alien Sinting itu bersikeras mengantarnya ke kelasnya tadi. Momen melow tadi pun berganti menjadi menyebalkan baginya.

"Iya, Ara, bisa kamu bacakan puisi Chairil Anwar yang judulnya 'Aku'?" pinta Bu Ika saat melihat muridnya itu hanya melamun.

"Chairul Anwar?"

My Sweet Troublemaker #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang