16. Belanja

66 11 0
                                    

"Katanya dekat Aunty supermarketnya? Tapi kok gak sampai-sampai!" seru Vion.

"Sabar, bentar lagi juga sampai." Ara tertawa dalam hati melihat ekspresi cemberut si kembar. Sekarang mereka sedang berjalan kaki ke supermarket yang jaraknya lumayan jauh dari rumahnya. Tadinya Vando mengajak mereka untuk naik motor, tapi Ara menolak tegas.

"Gue gak mau! Cabe-cabean aja naik motor bertiga! Ini kita berempat, Alien!"

Ara melirik Vando yang terlihat biasa saja. Tak ada ekspresi lelah sama sekali. Malah yang ada Vando tersenyum lebar. Oh, iya, dia lupa! Vando kan bukan manusia, tapi alien.

"Kayaknya dari tadi Aunty bilang bentar lagi, bentar lagi deh, tapi gak sampai-sampai!" gerutu Vian. "Kalau masih jauh bilang aja sih!"

Ara terkekeh. Digandengnya si kembar dengan riang. Kapan lagi coba dia bisa membuat si kembar kesal? Biasanya kan dia yang selalu di buat jengkel oleh si kembar.

"Sampai!" seru Ara saat sudah sampai di depan supermarket.

"Aku kira, kita sampainya besok!"

Tau dong itu siapa yang ngomong? Yaps, siapa lagi kalau si mulut pedas Vian yang menggerutu sepanjang jalan bersama Vion.

"Ayo masuk!" seru Vando. Ia pun mengambil keranjang untuk menaruh belajaan mereka, sementara Ara tetap menggandeng si kembar.

"Aku maunya ikan!"

"Tapi aku maunya ayam!"

"Ikan!"

"Ayam!"

Kalian pikir itu Vando dan Ara yang berdebat? Oh, salah, tapi itu si kembar Vian dan Vion yang sedang berdebat. Ara menghela napasnya melihat si kembar yang tidak ada yang mau mengalah. Ia mendelik sebal saat melihat Vando yang terlihat cuek dengan pertengkaran kecil si kembar. Si Alien itu malah sibuk melihat-lihat deretan daging ikan dan ayam.

"Ikan untuk Vian dan ayam untuk Vion." Vando pun memasukan keduanya ke dalam keranjang. "Jadi, gak usah bertengkar, oke jagoan?!"

Si kembar mengangguk patuh, sementara Ara tidak mau tahu. Pokoknya untuk belanja makanan kali ini itu urusan si Alien.

"Kalian suka kacang panjang?" tanya Vando pada si kembar.

Si kembar menggeleng serempak membuat Vando mengernyit bingung. Kacang panjangkan enak, apalagi kalau di tumis pedas bersama ikan teri. "Kenapa?"

"Kacang pajang itu gak jelas, Uncle! Dibilang sayur tapi namanya kacang! Dibilang kacang, tapi termasuk sayur-sayuran! Maunya apa coba?!!" ketus Vian disambut anggukan Vion. Vando tertawa mendengar penjelasan Vian. Bukan, bukan hanya Vando yang tertawa, tapi juga pengunjung lain yang berada di dekat mereka juga terkekeh, sementara Ara kembali menghela napasnya.

"Yaudah, terus kalian maunya sayuran apa?" tanya Vando saat tawanya sudah reda.

"BROKOLI!" seru si kembar serempak.

"Oke!" Vando mengacungkan jempolnya, lalu memasuk brokoli ke dalam keranjang. "Lo mau apa Nona?"

"Apa aja! Gue pemakan segalanya!"

"Hm, Oh, iya, Nona, terong ungu bagus loh buat lo yang suka banget marah-marah sambil teriak," kata Vando kalem.

"Jangan sok tau Alien! Lagian lo niat lo ngasih tau apa ngina sih?!"

"Serius, Nona, terong ungu itu bagus untuk peremajaan kulit dan mencegah penuaan dini."

"Maksud lo, gue keliatan tua gitu, hah?!" Ara meradang.

Vando berdecak. Apa gadisnya sedang dalam masa PMS jadi sensitif sekali? Lagian dia kan tidak mengatakan kalau gadisnya terlihat tua. "Gak Nona, sekali pun iya, bagi gue lo tetap cantik kok."

My Sweet Troublemaker #2حيث تعيش القصص. اكتشف الآن