7. Tantangan

85 11 0
                                    

Suasana ramai dengan kasak-kusuk murid terlihat jelas di lapangan sekolah Vinilicia. Hari ini sekolah mengadakan upacara kemerdekaan sebelum memulai acara lomba lainnya. Teriakan komite kedisiplinan pun terdengar jelas.

"ITU TOPINYA DI PAKAI! BUKAN BUAT KIPAS-KIPAS! BISA BARIS LURUS GAK? KENAPA MIRING GITU! ITU NGAPAIN MASIH DI KORIDOR, BURUAN BARIS! DASINYA DI PASANG WOY!"

Vando menatap Ara dari barisannya sambil tersenyum. Matanya terus mengikuti ke mana pun gerak gadis yang sedang berteriak-teriak itu.

"Selera lo benar-benar, Van," kata Ray sambil mengeleng. Entahlah, dia tidak tau harus prihatin atau apa dengan selera temannya itu.

"Benar-benar maniskan," sahut Vando kalem tanpa mengalihkan pandangannya.

"Manis dari mananya pe'a? Bikin telinga sakit iya!" ketus Ray. Cewek galak itu di bilang manis? Astaga! Otak Vando sepertinya benar-benar korslet. Ray bergidik saat Vando menatapnya dingin. "Err, kok tiba-tiba dingin banget yah?"

Setelah upacara selesai, murid-murid mengikuti kegiatan lomba-lomba yang telah di siapkan panitia. Suasana pun kembali ramai. Sebagai panitia, Ara mengawasi setiap lomba agar berjalan lancar. Ara tersenyum melihat antusias murid-murid mengikuti lomba untuk meramaikan acara. Sekarang Ara sedang mengawasi pertandingan futsal antar kelas. Sekolah Ara mempunyai tim futsal yang cukup oke, yang selalu membawa piala saat mengikuti perlombaan futsal. Tim futsal sekolah mereka pun sudah di akui oleh sekolah-sekolah lain.

Vando menatap Ara yang sedang mengawasi pertandingan futsal. Ia bangkit dari duduknya berniat menghampiri gadis yang berada di pinggir lapangan itu.

"Mau ke mana?" tanya Ardo.

"Biasa," jawab Vando sambil menunjuk dengan dagunya.

Ardo mengangguk paham. Ia, Bima, dan Ray pun mengikuti langkah Vando. Mereka juga ingin melihat pertandingan futsal antar kelas itu.

Ara masih tak menyadari keberadaan Vando dan kawan-kawan yang berada tepat di sampingnya. Matanya masih fokus ke jalannya pertandingan. Hari sudah menjelang siang. Pertandingan futsal terus berlanjut hingga akhirnya memasuki putaran final.

"Kedua tim permainannya jelek! Taktiknya gampang banget dibaca!" seru Vando membuat cewek di sampingnya tersentak.

Ara mendelik ganas ke arah Vando. Jantungnya masih berdentam karena kaget. "Lo ngagetin Alien!"

"Lo nya yang terlalu serius, Nona," kata Vando kalem tanpa mengalihkan pandangannya dari pertandingan yang menurutnya membosankan itu.

"Lo ngapain di sini sih?" seru Ara kesal.

Vando menatap gadis di sampingnya lalu mendengus geli. "Nonton pertandingan futsal, Nona, lo gak liat?"

"Tapi ngapain nontonnya di sini sih?"

Vando menaikan alisnya. "Karena pertandingan futsalnya di sini, Nona."

Ara memijat pelipisnya. Bicara dengan Vando benar-benar menguji kesabarannya. Apa salah pertanyaannya juga? Ara menghela napas dan menyerah. "Terserah lo aja dah!" kata Ara singkat. Ia sedang malas berdebat dengan Alien Sinting di sampingnya itu.

Vando mendengus. Tumben sekali gadis di sampingnya itu mengalah. "Apa jangan-jangan--?" raut wajah Vando berubah menjadi cemas. "Lo lagi gak sakit kan, Nona?"

Ara menatap Vando tajam. "Otak lo tuh yang sakit, Alien!"

Raut wajah Vando berubah menjadi lega ketika gadis di sampingnya masih bisa membalas perkataanya, berarti Ara memang tidak kenapa-kenapa. Vando kembali memperhatikan pertandingan futsal di depannya.

My Sweet Troublemaker #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang