11. Baper?

73 8 0
                                    

Acara kejutan telah usai setelah pelepasan lampion dan kembang api. Teman-teman Oik dan Cakka pun turut hadir. Sekarang mereka sibuk mengobrol dengan yang lain.

Di tempat lain, Vando menghampiri Ara yang sedang duduk di atas pasir putih sambil menatap laut, jauh dari keramaian. Ia langsung duduk di samping Ara saat sampai. "Kenapa?" tanya Vando saat Ara hanya diam menatap laut malam.

Ara menoleh menatap Vando lama. Ada perasaan aneh yang menyusup hatinya, membuat ia kembali mengalihkan pandangannya ke arah laut. "Lo gak capek, Alien?"

"Capek?" Vando mengernyit bingung.

Ara mengangguk. "Lo gak capek ngejar gue, Alien?"

"Lo gak kesambet setan lautkan, Nona?" tanya Vando cemas.

Ara mendengus sebal. "Apa susahnya sih tinggal jawab doang! Lagian gak ada setan yang berani masukin tubuh gue, orang raja setannya ada di samping gue!"

Vando tertawa. "Jadi gue itu alien apa setan sih, Nona?"

"Lo itu alien sekaligus setan!" ketus Ara. "Jadi cepat jawab, Setan!"

Vando kembali tertawa. Namun, tawanya terhenti saat Ara menatapnya datar. Ia menghela napas lalu menatap Ara lembut. "Rasa capek pasti ada, Nona, tapi saat gue mau berhenti, logika gue bilang 'masa cuma segini doang?' terus gue inget, gue udah sejauh ini buat ngejar lo dan akhirnya gue milih buat ngejar lo kembali, Nona."

"Banyak yang jauh lebih sempurna dari gue, Alien," gumam Ara tanpa menoleh ke arah Vando.

"Gak perlu yang sempurna, Nona, kalau yang kaya lo aja udah bikin gue bahagia. Kalau gue cari yang sempurna, seumur hidup gue bakalan jomblo, Nona, karena manusia pasti selalu mempunyai kekurangan," ungkap Vando. "Gue cinta sama lo tanpa syarat, Nona, tanpa tetapi, tanpa kenapa, dan tanpa bagaimana. Gue cinta sama lo karena lo adalah lo, Nona. Gak peduli lo galak sekalipun, kalau hati gue jatuhnya sama lo, lantas gue bisa apa? Lagian, bukannya manusia diciptakan dengan keunikan masing-masing, kaya lo, Nona, yang hobinya teriak-teriak. Walau kadang teriakan lo bikin kuping sakit, tapi gue tetap cinta kok."

"Gue anggap itu pujian," cibir Ara. Jantungnya mendadak berdentam keras.

Vando tersenyum menatap gadis di sampingnya. "Gue yakin, akan ada saatnya gue berhenti, Nona. Bukan karena gue nyerah, tapi karena lo sadar dan lo berhenti berlari buat nunggu gue dan akhirnya kita saling menggenggam untuk melangkah bersama, Nona."

Ara hanya mendengus mendengar perkataan Vando yang membuat wajahnya memanas.

"Jadi apa yang membuat lo tiba-tiba nanya gitu, Nona?" tanya Vando curiga. "Jangan bilang lo baper ngeliat orangtua gue?"

"Dasar, Alien Sinting! Ngerusak suasana aja!" gerutu Ara.

"Cieeee, Nona, gue gak nyangka lo bisa baper juga, gue kira lo cuma bisa teriak doang," goda Vando membuat Ara meliriknya sebal.

"MATI AJA LO SANA ALIEN SINTING!!" seru Ara kesal. Ia bangkit lalu pergi meninggalkan Vando yang sudah terbahak.

"Cieee yang baper!" teriak Vando di sela-sela tawanya. Ia pun bangkit juga untuk menyusul gadisnya. "Kita bisa lebih sweet dari Ayah Bunda gue kok, Nona!"

"Lo berisik, Alien!" Ara mempercepat langkahnya.

"Gak usah baper, kan ada gue, Nona!"

"Gue gak baper!"

"Iya gak baper tapi cuma bawa perasaan doang."

"Terserah!"

"Mau kemana, Nona? Kok gue ditinggal sih? Tungguin pacar sekaligus calon suami lo yang tampan ini, Nona!"

"Dasar narsis! Jangan mimpi lo, Alien!"

***

Di tempat lain Oik dan Cakka tertawa melihat tingkah anak mereka yang suka sekali membuat pacarnya marah.

"Mereka lucu," gumam Cakka dibalas anggukkan Oik. "Kamu ingat waktu pertama kali kita ketemu?"

"Ingat," jawab Oik singkat.

"Waktu itu aku dihukum Bu Ira buat bersihin toilet selama seminggu. Aku pikir itu adalah hukuman yang mengerikan, tapi di lain sisi aku bersyukur atas hukuman itu," ungkap Cakka membuat Oik menatapnya. "Kalau aku gak dihukum bersihin toilet mungkin aku gak bakal pernah melihat dan mendengar permainan biola kamu yang menakjubkan. Aku selalu berharap bisa dengar permainan biola kamu saat aku selesai bersihin toilet. Awalnya aku jatuh cinta dengan permainan biolamu, tapi lambat laun aku juga jatuh cinta sama yang memainkan biolanya."

"Kalau bukan karena itu pula, mungkin aku gak akan pernah jatuh cinta sama cowok lebay kaya kamu," sahut Oik kalem.

Cakka mendelik sebal. "Kamu niat muji aku gak sih?"

"Kayanya aku tadi gak muji kamu deh," kata Oik. Ia tertawa melihat suaminya mulai merajuk. "Sifat merajuk kamu benar-benar mirip dengan Vando."

"Ya iyalah, kan aku ayahnya!" ketus Cakka.

Oik mendengus mendengar nada ketus itu. Ia pun mengecup singkat bibir suaminya. "Jangan suka ngambek! Kamu udah tua!"

Cakka mengerjabkan matanya lalu tersenyum lebar. "Kok cuma dikecup doang sih?"

Oik memutar bola matanya lalu pergi untuk berkumpul dengan yang lain. Ingatkan ia kalau suaminya itu sangat mesum!

Cakka melongo saat istrinya malah pergi. "Sayang kok malah pergi? Kamu harus tanggung jawab, Sayang!" seru Cakka lalu mengejar istrinya.

***

"Tadi Vando sama Ara. Sekarang Bunda sama Ayah,"gumam Oca. "Arsa, mau ngikutin mereka gak kejar-kejaran gitu?" tanya Oca pada kekasihnya.

"Mereka kejar-kejaran sambil berdebat, sedangkan kita gak ada perdebatan sama sekali," jawab Arsa datar.

"Gak harus debat kan buat kejar-kejaran? Kita nyanyi-nyanyi aja kaya film india sambil kejar-kejaran," sahut Oca membuat kekasihnya menatapnya tak percaya. Oca tertawa melihat tatapan Kamu-Gak-Seriuskan? dari kekasihnya.

Sementara itu Difa hanya menggeleng melihat tingkah keluarganya. "Gen benar-benar mengerikan!"

My Sweet Troublemaker #2Where stories live. Discover now