10. Kejutan

68 8 0
                                    

Oik menghempaskan tubuhnya di atas sofa. Anak-anaknya sudah berangkat untuk pergi bermain tadi dengan membawa tas di pundak mereka tak seperti biasanya. Suaminya pun telah pergi ke Lombok untuk urusan kerjaan tadi pagi. Oik mendengus saat mengingat suaminya pamit melalu surat yang ditaruh di atas meja tanpa membangunkannya.

Hari ini aku harus pergi ke Lombok. Maaf, Sayang, aku gak bangunin kamu. Kalau aku bangunin kamu, takutkan aku gak jadi pergi. Miss you.

Suamimu tercinta

Oik kembali mendengus geli saat mengingat isi surat tadi. Suaminya memang bukan tipe orang yang romantis. Saat suaminya ingin romantis, yang ada malah jatuhnya lebay dan selalu mendapat protesan dari anak-anaknya.

Hari sudah menjelang siang. Oik masih berkutat dengan novel dan cemilannya. Saat tengah asik membaca, handphonenya berdering menandakan sebuah panggilan masuk. Cakka? Oik mengernyitkan dahinya. Ada apa suaminya menelpon saat jam kerja? Apa ada yang tertinggal? Oik pun langsung menjawab panggilan itu.

"Halo sayang, kamu udah bangun?" tanya seseorang di seberang sana.

Oik mencibir pertanyaan tidak penting yang diajukan suaminya. "Kalau belum, mana mungkin aku jawab telepon kamu!"

Oik mendengar suaminya terkekeh. "Ada yang ketinggalan?"

"Ada, Sayang."

"Apa?"

"Kamu."

"Aku serius!"

"Aku juga serius, Sayang. Kamu nyusul aku ke sini yah, aku ada pertemuan nanti malam, masa cuma aku yang gak bawa pasangan."

"Kenapa dadakan sih?"

"Aku juga taunya dadakan, Sayang."

"Anak-anak gimana? Gak mungkin aku tinggal begitu aja kan? Apalagi mereka sekarang lagi gak di rumah. Masa mereka pulang gak ada orang di rumah!"

"Tenang aja, nanti itu aku yang ngatur."

Oik menghela napas. "Oke!" jawabnya dengan singkat.

"Makasih, Sayang. Semuanya udah aku siapin, dari tiket pesawat, penginapan, dan lainnya. Kamu tinggal packing dan berangkat, nanti aku jemput kamu di penginapan jam 7 malam, oke?"

"Hmm."

"Love you."

Telepon pun dimatikan. Oik bangkit lalu melangkah menuju kamarnya untuk siap-siap. Setelah selesai, ia langsung menuju bandara dengan menggunakan taksi.

***

Oik meregangkan otot-ototnya. Tubuhnya terasa pegal duduk beberapa jam di pesawat. Sekarang ia sudah berada di Lombok, tepatnya masih berada di bandara. Oik menengok saat seseorang memanggilnya. Oik mengeleng, suaminya benar-benar menyiapkan semuanya sampai orang suruhannya pun disiapkan untuk mengantarkannya ke penginapan. Oik mengikuti orang suruhan suaminya yang sedang membawa kopernya menuju parkiran. Oik langsung masuk dan menyenderkan punggungnya ke kursi mobil saat sampai di parkiran. Mobil pun melaju meninggalkan bandara..

Oik langsung menghempaskan tubuhnya di atas kasur saat sudah berada di kamarnya. Ia menatap langit-langit kamarnya. Jam telah menunjukan pukul 5 sore. Oik bangkit lalu menuju ke balkon kamarnya. Oik tersenyum saat mengetahui balkon kamarnya langsung menghadap ke laut lepas. Rasa lelahnya menguap saat angin laut menyapu wajahnya. Hamparan pasir putih membuat kakinya ingin sekali menjelajah. Kalau bukan karena ia sudah ada janji, mungkin sekarang ia sudah berjalan di pinggir pantai. Setelah puas memandang indahnya pantai, ia kembali masuk ke dalam kamar.

My Sweet Troublemaker #2Where stories live. Discover now