01 - Dia Calla

456 41 2
                                    

hii!! kindly vote n comment🕸🕷✨🖤

***

01 - Dia Calla

Calla Amora, namanya secantik orangnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Calla Amora, namanya secantik orangnya. Perempuan berkulit kuning langsat, berambut tebal panjang, dan berkaki jenjang. Kekurangan Calla cuma tiga, yaitu judes, antisosial, dan keras kepala.

Tak jarang sikap Calla mendorong orang lain untuk jauh darinya. Ia pun sadar atas ketidaksengajaannya itu. Namun, kalau boleh jujur ia juga tidak mau terlihat miris seperti ini.

Calla hidup tanpa ibu sejak umurnya menginjak 11 tahun. Ibu yang sangat disayanginya itu meninggal karena depresi berat akibat ayahnya yang kasar dan egois. Hidup Calla menjadi luar biasa berat karena pria sialan itu.

Dari hal tersebut sudah jelas bagaimana koneksi antara Calla dan ayahnya. Lebih dari kata buruk. Makanya, kini Calla menghabiskan sisa hidupnya bersama sang oma dan Chiko—adik berumur 3 tahunnya—, sedangkan ayahnya menikah dengan wanita lain yang ia tak peduli.

Ting!

Dangerous Man
Calla
Papa sudah resmi menikah dengan tante Anna
Calla yakin ga mau tinggal aja di rumah baru Papa dan tante Anna?

"Dateng ke nikahan lo aja gue ogah. Mending gue mati daripada tinggal ama lo," tukas Calla tak niat memandang ponselnya.

Daripada menjawab pertanyaan aneh itu, Calla memilih berangkat sekolah dengan motor bekas ibunya dulu. Tidak lupa ia pamit dengan oma, juga mengantar Chiko ke SD yang dekat dengan sekolahnya.

"Chiko kalo lapar beli jajan ya, gak usah sayang-sayang," pesan Calla pada adik lucunya yang berumur tujuh tahun.

"Mending ditabung." Chiko menyengir lebar.

"Ditabung tapi Chiko gak jajan gitu? Gak boleh."

"Kan Chiko bawa bekel, disiapin oma."

"Tetep kalo masih lapar, jajan. Udah, Kakak mau ke sekolah dulu. Chiko belajar yang bener." Calla mengusap puncak kepala Chiko. "Dadah!"

"Oh iya, Kak, Chiko hari ini ada ekskul ya!"

"Oh iya. Biasanya dijemput jam berapa sih sama oma?"

"Nanti ekskulnya datang jam dua dan pulang jam empat sore, kata ibu guru. Kali ini Kakak jemput kan?"

"Iya dong."

"Oke sip. Dadah!" Chiko melambaikan tangannya riang kala Calla perlahan meninggalkan sekolah anak itu dengan senyuman cerah.

***

And now, welcome back to SMA Lencana, tempat semua kalangan murid menyatu tak sempurna.

Calla benci harus bersekolah di sini. Sejujurnya, ia kurang nyaman dengan lingkungan pertemanan yang semerawut. Susah membedakan yang benar-benar mau berteman tulus dengannya. Sudah menginjak tahun kedua, ia belum menemukan satu pun teman perempuan yang real.

The Battle I Never WinWhere stories live. Discover now