24 - Congrats, Sorry

79 10 5
                                    

hii! met bacaaa!🏀

***

00.27

Raven Naraja
Halo my callaa
Maaf yaa baru bisa kasih kabar
Aku baru pulang habis latihan
Besok aku tanding pagi cal jam 7 udah harus berangkat soalnya mulai jam 9
Besok aku minta tolong Aikal jemput kamu deh yaa?
Buat nonton aku tanding
Soalnya aku gabisa jemput harus ikut mobil sekolah

***

Raven Naraja siang ini jadi bintangnya. Pemilik nomor punggung 07 yang sudah tak jarang lagi mendapat sorakan, dukungan, dan tepukan tangan dari penonton dan supporter yang ramai di tribun.

Banyak pasang mata yang tertuju pada Raven. Bendera SMA Lencana yang diangkat tinggi-tinggi oleh siswa-siswi membuat Raven kesulitan mencari Calla. Namun, ia berhasil mendapati gadis yang tengah duduk bertiga bersama Aikal dan Lexa itu di barisan tengah.

"SEMANGAAATTT RAVEN NARAJA!" teriak Aikal memekakkan telinga sekitarnya, termasuk Calla dan Lexa.

Yel-yel SMA Lencana sudah bernaung berulang-ulang kali. Peluh keringat setiap pemain yang mewakilkan DBL Jakarta di fase Big Eight juga sudah tak terkira. Coach Imam, coach yang selalu mengharapkan turun tangannya Raven, setia berdiri di sisi lapangan sembari menyaksikan permainan anak-anaknya.

Kuarter kedua diakhiri oleh three-point yang dicetak oleh Raven. Murid-murid SMA Lencana serentak berdiri dan bersorai karena sejauh ini sekolah mereka unggul 12 poin.

Sudah akrab telinga Calla mendengar pujian cewek-cewek terhadap Raven. Calla pun tak bisa menyalahi mereka, menyadari betapa kerennya performa Raven di setiap pertandingan yang cowok itu lalui.

Siapa juga yang nggak terpincut pesona Raven Naraja? Lagi ngos-ngosan aja dia cakepnya nggak ketolongan.

Lucunya, cara Calla menonton pertandingan beda sekali dengan penonton yang lain. Ia tenang, menyangga dagunya dengan tangan, sembari matanya tak lepas dari setiap pergerakan Raven. Sementara cewek-cewek lain dengan berani meneriaki nama cowok itu.

"Gue nggak kebayang secape apa Raven. Besok kan dia try out," ucap Aikal setelah meneguk sebotol air mineral sampai habis. Yang main Raven, yang haus dia.

"Tadinya dia nggak mau ikut DBL," ucap Calla.

"Ha iya? Terus kok ikut?" tanya Lexa.

"Coachnya minta," jawab Calla.

Lexa berangguk-angguk sambil memandangi Raven dan timnya yang sedang berkerumun berdiskusi. "Gila yaa nggak ada capenya."

"Cape tau dia."

"Cie yang paling tauuu," ledek Aikal di depan wajah Calla. Pipinya langsung ditoyor gadis itu.

"Iya jelas lah dia tau!" seru Lexa pada Aikal. "Oh iya, temen-temen lo pada ke mana, Kak? Kok cuma lo yang ikutan nonton?"

"Dia nyariin Kak Nemio, Kal," timpal Calla menahan seringai. Habisnya lucu menangkap Lexa salah tingkah.

"Nonton tau mereka, tapi datengnya telat. Paling sekarang ada di belakang." Beberapa detik menyusul, Aikal menyenggol sikut Calla. "Eh, liat tuh si Raven!"

Calla menuruti Aikal, matanya langsung berpindah pada Raven di bawah sana. Laki-laki itu sedang memandang ke arahnya. Meskipun teman Raven sedang berbicara, mata Raven tetap melekat padanya.

Rambut Raven sepenuhnya basah. Untung ada headband yang menahan agar rambutnya tidak turun mengganggu ke wajah. Raven tersenyum pada Calla sambil melambaikan tangan.

The Battle I Never WinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang