03 - Diusir Lagi

179 33 3
                                    

hii! happy readiiingg ol💗

***

03 - Diusir Lagi

"Tadi Nemio ngomong apa sama lo?"

Calla melihat Raven. Ia masih mencerna karena takut yang diajak bicara bukanlah dirinya.

"Balik kelas mukanya kusut. Ditanya gak dijawab," tambah Raven memperjelas keadaan Nemio setelah berbincang dengan Calla. "Mungkin pertanyaannya lebih ke: lo ngomong apa sama Nemio?"

"Bukan apa-apa."

"Tapi dia temuin lo kan tadi?"

Calla berangguk singkat.

"Dia pasti keluarin batunya dia ya? Padahal cewek modelan lo gak bisa dikerasin."

"Lo gak usah bertingkah kayak yang paling tau gue." Calla mengaduk mi ayam milik Chiko yang habis ditambah kecap asin. Mereka jadinya makan siang di seberang Gedung SD Lencana.

"Cal."

Calla hanya menjawab panggilan Raven dengan gerakan kepala.

"Sopan dikit," pesan Raven pelan.

"Harus gimana?"

"Jangan terlalu ketus jadi perempuan. Gak enak diliat orang."

"Gue gak minta diliat enak."

"Tapi tetep gak boleh gitu. Apa yang keluar dari diri lo itu mencerminkan didikan orang tua lo. Gue yakin nyokap lo pasti orangnya lembut, gak jutek begini."

Calla menatap Raven cepat karena itu seratus persen benar. "Tau dari mana?"

"Karena nyokap lo cantik."

"Gak nyambung. Lagian kata siapa nyokap gue cantik? Emang pernah ketemu?"

Raven bergeleng.

"Terus?"

"Anaknya cantik, nyokapnya pasti cantik."

Saking terang-terangannya Raven ngomong, Calla sampai bingung mau bales apa.

Chiko menyeplos, "Suka kah?"

​Raven mengedikkan bahu. "Kalo jutek gini sih enggak."

​"Kak Calla belum punya pacar kok." Chiko berujar sambil mengambil satu suapan. Buru-buru Calla menyenggolnya pelan. "Ih, Kakak! Nanti jatuh mi Chiko!"

​"Masih kecil jangan ngomong pacar-pacaran," semprot Calla.

​"Tuh kan, anak kecil yang belum ngerti aja diomelin." Raven berdecak tak senang.

​"Ini ngasih tau, Kak, bukan omelin."

​Raven sontak berhenti mengunyah. "Apa? Lo manggil gue apa tadi?"

​"Hah?"

​"Lo barusan manggil gue 'Kak'?" Raven bertanya setelah menelan.

​"Ya, kenapa?"

Raven tersenyum. ​"Gitu dong. Enak dengernya. Sopan."

​Calla memutar bola mata. Ia bersikap normal aja pake kaget segala. Nanti ia bersikap apa adanya pun diomelin karena kurang sopan. Tidak bisa biasa aja kah?

​Beberapa menit kemudian, ketiganya selesai makan. Calla berdiri hendak membayar hidangan yang dinikmatinya. "Berapa, Mas?"

​"Gak usah." Raven ikut berdiri setelah membukakan botol mineral untuk Chiko.

​"Siapa juga yang mau bayarin lo?"

​Raven langsung memberi kartunya kepada sang penjual. "Gue aja."

The Battle I Never Winحيث تعيش القصص. اكتشف الآن