20 - Her

84 12 0
                                    

met bacaaa love!❤️

***

Seperti yang sudah-sudah, Raven asyik bermain bola basket di lapangan kala istirahat kedua. Hitung-hitung sekalian latihan sebab ia sudah memutuskan untuk mengikuti permintaan pelatihnya, yaitu dirinya ikut pertandingan selanjutnya.

Dihitung-hitung, ini sudah lemparan ke 67-nya. Ia hampir saja mau melanjutkan, tapi ada seseorang menampakkan diri di sisi lapangan dan perlahan mendekatinya.

Menyadari keberadaan Lexa yang tiba-tiba membuat ia gagal memasukkan lemparan ke-68.

"Jangan berdiri di situ," pinta Raven.

"Tumben gak sama Getama?"

"Nyariin siapa? Nemio?"

"Cuma mau nyapa aja tadinya, tapi lo ngusir!" Leca mendengus.

"Minggir jangan di situ entar ketimpuk bola," pinta Raven kedua kalinya.

Lexa membalas, "Mana mungkin gue ketimpuk kalo lo masukinnya ke ring. Kecuali kalo lo masih dendam mau nimpuk gue."

Alih-alih menanggapi, Raven kembali sibuk dengan bola basketnya. Hingga sekarang, ia masih sulit untuk secair itu pada Lexa, meski misal tidak ada apa-apa di antara mereka.

"Tadi gue habis ketemu sama Kak Nemio," cerita Lexa. "Tapi dia cuek banget ya? Gue bingung. Padahal dulu waktu gue sama lo, dia.. ya cuek juga sih."

Raven mengelap keringatnya dengan handuk kecil yang ia gantung di leher. Wajahnya mengernying karena kepanasan.

"Gimana ya caranya?" Lexa bergumam sendiri.

"Beberapa cowok jarang mau sama cewek yang sengebet itu kalo ngedeketin," ujar Raven lanjut menembak bola.

"Terus gue harus ngapain kalo gue suka?"

"Tunggu dia suka."

"Caranya biar dia suka sama gue gimana?"

Raven kembali mengambil bolanya. "Jadi diri lo sendiri lah. Kalo dia gak suka sama diri lo yang apa adanya, ya udah, berarti emang bukan lo pilihannya. Jangan dipaksa."

"Masa gue nyerah gitu aja?" Lexa mengerucutkan bibir. Kekecewaannya sangat transparan. "Padahal gue udah tertarik sama dia dari sebulan lalu."

"Baru juga sebulan. Belum susah lupainnya."

"Kira-kira dia sukanya sama siapa dong? Calla?"

Mau siapa pun yang menyebut nama Calla, perhatian Raven pasti tercuri dengan mudahnya.

"Dia suka sama Calla kali ya, Ven?" Lexa bertanya ulang, kali ini lebih 'histeris'. "Habisnya kan dia sama Calla terus. Walaupun kata Calla mereka cuma kakak-adik sambung, ya bisa aja nggak sih?"

Raven diam, bahkan ia tak melanjutkan tembakannya.

"Lo pikir aja. Mana mungkin salah satu dari mereka nggak ada yang baper? Mereka literally bareng terus loh. Lo pun gak tau kan apa yang mereka lakuin di rumah? Ya bukan hal negatif, tapi maksud gue dari obrolan, pertemuan, kontak, itu pasti gampang buat nangkep perasaan kan?"

Raven berkacak pinggang, mengapit bola basketnya di sana. Jujur ia bingung untuk merespons asumsi Lexa yang sesungguhnya masuk akal.

"Atau Calla yang suka sama Kak Nemio?" tebak Lexa mengusap dagu.

"Lo pikirin sendiri aja deh."

"Gitu banget sih lo gue ajak ngobrol!"

Raven cuma nggak mau curiga.

The Battle I Never WinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang