05 - Es Podeng

173 24 1
                                    

hii! kindly vote n comment, happy reading👀

***

05 - Es Podeng

Waktu yang paling dinantikan semua murid akhirnya datang. Termasuk Calla yang sangat bahagia begitu mendengar bel pulang sekolah. Namun, bel kali ini terasa beda mengingat ia harus menemui Raven.

Selama ini, Calla selalu memegang omongannya. Dan karena kemarin ia menjawab Raven "oke", ia jadi harus menggenapinya. Pun ia melakukan ini buat mengganti 50rb-nya.

"Mana sih.."

Calla menunggu Raven di lobi sekolah. Tak ada pilihan lagi selain itu. Ia tak mungkin kan nunggu di depan kelas cowok itu?

"Semoga gak dateng rame-rame," gumamnya berharap.

Meskipun hanya sepuluh menit, Calla merasa ini lama. Ia memperhitungkan kebosanannya setiap detik. Ia pun akhirnya melipir ke abang es podeng supaya bisa nunggu sambil nyemil.

"Nyam.." Mata Calla berbinar menatapi es podeng kesukaannya. "Makasih bang."

"Halo Cal!"

Pupil Calla membulat begitu ia mendapati Raven berada di belakangnya. Dari mana kisahnya cowok itu tiba-tiba di sini setelah dari tadi membuatnya menunggu?

"Bagi dong!"

Calla melongo saat Raven merebut esnya.

Raven mengambil suapan dengan sendok yang udah Calla pakai. Santai banget ia bersenandung sambil menikmati. "Enak dah Cal? Gue udah lama gak beli."

"Buat lo."

"Nih!" Raven balikin. "Makan bekas gue biar kita makin akrab. Btw maaf ya lo nunggu lama. Tadi gurunya ceramah dulu."

Kening Calla otomatis mengernyut. Makin akrab? Aneh. Enak banget Raven ngomongnya?

Oleh karena Calla terlihat tak selera, Raven menyuapi Calla es yang gadis itu genggam. "Makan yang banyak biar makin tinggi."

"Dari mana makan es bisa bikin tinggi?" tanya Calla sambil lidahnya mencerna. Ia kemudian mengambil sendok yang Raven pegang.

Raven tersenyum sambil mengangkat bahu. "Gue sebenernya ada latihan basket sih hari ini."

"Terus?"

"Ayo gue anter lo balik dulu. Lo gak mungkin nunggu gue sampe selesai kan?"

"Gue gak minta lo anter. Gue gak enak jadinya kayak gue yang butuh," tukas Calla terang-terangan.

"Jangan ketuuus," sahut Raven.

Helaan napas Calla terdengar. "Gue balik sendiri aja."

Raven tentu langsung menarik Calla yang hendak pergi. "I wanna be a friend to you, itu alesan gue mau anter lo balik," ucapnya sangat terbuka.

"Ngapain temenan sama gue?"

"Gue iri liat Aikal bisa ngobrol sama lo."

Calla bergeleng-geleng heran. Omongan Raven ini makin membuatnya bertanya-tanya. Begitu juga orang-orang yang menatap aneh dan kepo ke arah mereka.

"Kalo mau anter pulang buruan. Lo kan mau latihan basket. Kalo telat mampus lo dihukum." Calla mengoceh.

"Kenapa dihukum kalo gue kaptennya?"

Yang tadinya mau bergegas, Calla jadi berhenti dan mendengus karena Raven bertingkah tengil. Gimana tidak? Raven tersenyum simpul sambil menatapnya lama. Sesekali juga laki-laki itu memainkan alis.

The Battle I Never WinKde žijí příběhy. Začni objevovat