09 - Jatuh Cinta?

119 16 1
                                    

kindly vote n comment! <8

***

"Lo kasih nomor lo ke Dava."

Pagi ini meja makan sepi. Mungkin orangtua Nemio lagi ada urusan urgent makanya harus berangkat subuh, sedangkan oma dan Chiko belum bangun.

Perihal pernyataan tadi, sebenarnya Calla tak menangkap maksud Nemio apa. Jadi Calla lebih oke jika diam saja.

"Bukannya gue udah bilang—"

"Hari ini gue berangkat sama Dava," potong Calla usai menghabiskan segelas susu.

Nemio tak berhenti mengernyut. Kemarin nomor telepon dan hari ini berangkat bareng. Ia terlalu bingung dengan kepribadian Calla yang tak tertebak. Mau ngomong pun ia juga lelah karena pasti bakal jadi bibit berantem.

Akhirnya, Nemio cuma bilang, "Berangkat sama gue aja."

"Gue sekalian mau ngomongin soal kerjaan itu. Udah, sama Dava aja."

"Udah izin mama belom?" Nemio mengangkat alis dan Calla menggelengkan kepala. "Ya udah sama gue."

Calla menatap kuyu Nemio. "Lo maksa banget sih Nem?"

"Lo yang terlalu suka aneh-aneh. Udah deh Cal, gue lagi cape debat sama lo. Kali ini aja lo denger gue tanpa marah-marah tanpa ngelawan balik."

Wajah letih Nemio kontan membuat Calla tak jadi membantah. Nemio pagi ini kelihatan kurang sehat. Mungkin cowok itu kecapean atau lagi banyak pikiran. Tak mau acuh, Calla tak bertanya.

Calla memilih menyudahkan kemauan Nemio. Calla tahu sih akan ada risiko bila ia kenapa-napa. Pasti Nemio yang akan dimarahi oleh orangtuanya.

Calla menghubungi Dava cepat saja, sekadar memberi info bahwa ia akan berangkat dengan Nemio. Setelah itu, ia dan Nemio bersiap menuju ke sekolah.

Nemio yang pagi ini lebih irit bicara.

***

Selangkah lagi berjalan, Calla sudah masuk ke kelasnya. Namun, Aikal menarik ranselnya, membuat ia jadi mundur beberapa langkah dan terpaksa mesti berhadapan dengan manusia nyebelin seantero sekolah.

"Apa lo?" Calla garang.

"Yang ramah dikit kek sapanya," gurau Aikal dengan bibir manyun, ia sedikit senyum tak enak.

"Ngeliat muka lo bikin gue makin sebel Kal."

"Ya jangan sebel-sebel dong. Justru ini gue dateng mau minta maaf atuh. Soal kemarin."

"Lo seriusan gak minta maafnya?" tanya Calla, Aikal buru-buru mengangguk. "Serius dalam arti lo gak bakal ulangin hal aneh bin konyol lo itu lagi sama temen-temen lo."

Aikal lagi-lagi mengangguk semangat. Ia mengajukan kelingkingnya. "Gue janji, serius, gak ngetawain lo sama Dava lagi."

Calla menatap Aikal lamat-lamat, lalu menautkan kelingkingnya. "Gue pegang omongan lo."

Aikal langsung senyum cerah, secerah matahari pagi ini. Ia lega bukan main ketika sudah mendapat maaf dari Calla. Semalam, ia sungguh kepikiran sampai sulit tidur.

"Kemarin Marco katanya kenalan sama lo ya?"

Calla mengangguk singkat.

The Battle I Never WinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang