14 - Perasaan Baru

87 9 0
                                    

helloo! met bacaa yaa

***

Sebenarnya, Nemio dan Raven secara umum memiliki kepribadian yang hampir mirip, yakni tidak suka banyak bicara. Di antara Getama, mereka berdua adalah orang yang paling irit ngomong.

Bedanya? Ya banyak sih. Nemio lebih keras kepala. Nemio lebih jarang mengalah. Nemio lebih tidak mau repot.

Kalau Raven, jelas lebih sering mengalah, lebih bisa menurunkan ego, dan lebih sabar. Namun, jangan pernah mengetes kesabarannya orang sabar. Raven bisa jadi pribadi yang beda sekali saat ia marah.

Ada satu hal lagi. Nemio merokok, kala Raven tidak pernah sama sekali.

Seperti sekarang ini, Nemio menyempatkan diri mengisap sebatang rokok di halaman rumahnya sebelum ia masuk untuk mandi dan beberes.

Nemio baru aja pulang usai menyelesaikan urusannya yang sampai kini masih ia rahasiakan dari orang-orang. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Ia sungguh amat lelah.

"Kaget gue!" pekik Calla, tubuhnya terentak karena tidak membayangkan akan ada orang yang duduk di kursi dekat pintu.

Calla memandangi Nemio, sedangkan Nemio hanya melirik sekilas lalu kembali menatap lurus ke depan. Secuek itu.

"Lo ngerokok?"

Nemio balik tanya, "Lo baru mau berangkat?"

"Lo ngerokok?" ulang Calla sengaja.

"Kenapa?" Nemio bertanya karena Calla tak berhenti menutup hidung.

Calla bergeleng sambil menjawab ketus, "Gak suka baunya."

Nemio menghela napas pelan. Ia mengesek puntung rokoknya ke asbak, mematikan rokoknya yang masih setengah utuh. "Naik apa lo?"

Calla menunjukkan helm yang ia jinjing. "Bawa motor."

"Papa kan gak kasih lo naik motor lagi, Cal."

"Habis gimana? Enakan bawa motor. Gue bisa pergi dan pulang kapan aja tanpa ngerepotin siapa pun."

Nemio mengurut pelipisnya. "Emang perginya ke mana?"

"Kenapa kepo? Emang lo mau anter?"

"Lo gak punya SIM."

Calla tidak tahu gimana cara Nemio bisa tahu bahwa dirinya belum bikin SIM.

"Bokap bisa marahin lo kalo lo bawa motor," lanjut Nemio ketus.

Memang benar. Calla akan kena marah bila ia tidak menuruti permintaan ayahnya untuk tidak membawa motor, walaupun sebenarnya bagi Calla itu adalah permintaan konyol.

"Gue lagi cape banget," Nemio bermaksud memberi tahu alasan ia tidak bisa mengantar Calla. "Gue telepon Raven aja."

"Isss jangan! Lo pikir temen lo tukang ojek?"

"Raven kan suka sama lo. Nganterin lo itu kesenangan dia," ucap Nemio sambil sibuk pada ponsel.

"Gak Nem. Gue berangkat sendiri." Calla berjalan menuju garasi.

Nemio memandangi pergerakan Calla. "Lo yang pergi gue yang diinterogasi tau gak?"

"Lo bantu jawabin lah! Kasih jawaban yang gak bikin gue kena marah," ujar Calla mengeluarkan motornya yang sengaja diparkir paling dalam.

Nemio hanya bisa mengawasi Calla dari tempat duduknya. Ia sekali lagi memijit pelipis. Kalo kepalanya tidak sakit, ia pasti mau aja mengantar Calla.

Bukan perihal Calla-nya. Ia males sekali peduli terlalu jauh terhadap gadis itu. Masalahnya, ia akan diceramahi Mama Anna karena terkesan tidak mau mengantar Calla yang padahal dirinya suka nongkrong dan keluyuran.

The Battle I Never WinWhere stories live. Discover now