10 - Hate You

102 21 1
                                    

p, vote & comment nya ditunggu🍿💗

***

Semenjak pindah ke rumah Nemio, lumayan banyak aspek hidup Calla yang berubah. Contohnya, oma sekarang bekerja sama dengan Mama Anna yang kebetulan banget berkecimpung di bidang makanan penutup.

Chiko, setiap hari anak itu diantar oleh supir yang Mama Anna rekrut khusus untuk antar jemput ke mana pun anak itu butuh. Hanya Chiko aja karena Calla diwajibkan untuk selalu bareng Nemio.

Malam ini dari Nemio, Calla mendapatkan sejumlah aturan rumah, dan ini hanya berlaku untuk Calla. Alasannya karena aturan ini buatan Nemio dan Nemio gak mau mengatur oma dan Chiko. Hanya Calla.

Kurang lebih, ini isi peraturan tertulisnya:

1. Jangan pulang lebih malam dari Nemio;
2. Jangan lupa sekalian cuciin piring makan Nemio kalo Calla lagi makan juga;
3. Jangan bantah Nemio kalo Nemio lagi kelihatan terlalu lelah untuk dibantah;
4. Jangan bawa tamu cowok yang Nemio gak kenal, kecuali izin dulu, itupun kalo diizinin;
5. Jangan nyalain musik terlalu keras, apalagi teriak keras-keras;
6. Jangan lupa ketuk pintu sebelum masuk kamar Nemio, masuk pun kalo butuh banget aja.

Calla mengusap-usap dagu sembari memandangi aturan bikinan Nemio itu, sedangkan sang pemilik aturan berdiri kalem di sisi seberang. Mereka dibatasi oleh meja ruang tamu seolah hal ini betulan sakral.

"Deal?"

"Belum juga selesai baca."

"Kelamaan."

Calla merasa oke-oke aja. Tidak ada yang terlalu sulit dilakukan atau bahkan menyusahkannya. Ia tak masalah untuk cuci piring. Ia tak masalah juga untuk tidak pulang lebih malam dari Nemio, toh ia jarang keluar kalo tak perlu.

Hanya saja aturan nomor tiga agak memberatkannya. Nyatanya, agak sulit untuk menahan diri tak membantah perkataan Nemio yang sering sekata-kata.

"Deal gak?"

"Ya udah deh," ucap Calla malas negosiasi.

"Tanda tangan di sebelah tanda tangan gue."

Calla melakukannya sesuai instruksi Nemio.

"Kalo lo melanggar, lo harus turutin mau gue," ucap Nemio kemudian.

Calla menatap Nemio. "Harusnya lo ngomong gitu sebelum gue tanda tangan. Gak, gue gak setuju soal itu."

Nemio pasti akan seenaknya bila ia diberi kuasa untuk menyuruh Calla melakukan apa pun yang ia mau. Selagi masih bisa menolak, Calla ogah memberi Nemio kuasa itu.

"Terus konsekuensi lo melanggar apa?" Nemio mengangkat dagunya, menagih jawaban.

"Liat nanti. Gue gak bakal ngelanggar. Kalo iya, ya udah, liat nanti."

Selesai menandatangani, Calla berdiri, hendak meninggalkan Nemio sendiri di ruang tamunya.

"Calla, lo tau gak obat demam yang bagus apa?"

Calla memandangi Nemio beserta raut datar cowok itu. Tak sedikitpun Calla sadar kalo Nemio sedang sakit. Meski harusnya Calla sadar, sebab tadi pagi aja Nemio irit bicara.

"Gue punya di kamar. Bentar gue ambil."

Nemio mengangguk anteng.

Calla berjalan cepat ke kamarnya yang agak jauh dari kamar Nemio. Ia mengubek-ubek nakasnya, mencari tas kecil yang berisi obat. Usai ketemu, ia mencari paracetamol paling ampuh yang ia punya, lalu ia ambil.

Calla kembali ke ruang tamu, tapi Nemio udah hilang. Sempat ia pikir bahwa Nemio menjahilinya, tapi diingat-ingat muka cowok itu tadi, tak ada unsur gurauannya.

The Battle I Never WinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang